“Insentif terhadap suatu sektor akan menjadi disinsentif terhadap sektor yang lain,” kata Anggota Komisi XI DPR M.Misbakhun melalui keterangan tertulisnya Selasa, 16 Maret 2021.
Menurut Misbakhun, pemberlakuan terhadap mobil listrik tidak bisa disamakan dengan kendaraan berbahan bakar fosil. Insentif itu belum tentu langsung menarik investor menanamkan modal di bidang industri mobil listrik. Misbakhun mengkawatirkan insentif tersebut akan menjadi pengorbanan besar bagi Indonesia.
“Kalau memang concern kita mau ke electricity vehicle battery atau hybrid sekalipun, menurut saya sacrifice (pengorbanan, red) kita begitu besarnya,” tuturnya.
Baca: Berkat Relaksasi PPnBM, Penjualan Mobil Melonjak hingga 155%
Menurut Misbakhun, industri otomotif juga mencakup banyak ekosistem, termasuk pembuat komponen pendukungnya. Kalaupun pemerintah meyakini industri otomotif dalam negeri akan langsung melompat ke mobil listrik, Misbakhun meragukan ekosistem pendukungnya akan ikut serta.
“Apakah kemudian di Indonesia komponen pendukungnya dan ekosistemnya akan mendukung mereka melakukan lompatan itu?” ucapnya.
Menurut Misbakhun masyarakat Indonesia sudah ada yang mengendarai mobil mewah sekelas Tesla, Lamborghini, bahkan Bugatti. Namun, di jalanan juga masih ada Kijang Kapsul, Kijang Doyok ataupun mobil lawas lainnya.
Oleh karena itu Misbakhun mengkhawatirkan insentif PPnBM justru menjadi bentuk ketidakadilan. “Faktor fairness-nya harus dapat dirasakan oleh masyarakat,” katanya.
Jika memang pemerintah memberikan insentif PPnBM mobil listrik hingga 0 persen, Misbakhun meminta risiko fiskalnya juga dihitung. Lebih-lebih, sampai saat ini minat masyarakat akan mobil listrik masih kurang.
“Kenapa electricity vehicle ini kurang diminati oleh banyak orang? Orang belum melihat mengenai durability dan daya tahannya seperti apa,” ulas Misbakhun.
Selain itu, Misbakhun juga menyinggung tentang risiko lingkungan. Menurut dia, sampai sekarang belum ada teknolihi daur ulang limbah baterai. "Siapa yang akan mengelola risiko ini?” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News