Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas. Foto: MI
Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas. Foto: MI

Sektor Tambang Diminta Genjot Hilirisasi, Apa Kabar Smelter Freeport?

Annisa ayu artanti • 31 Maret 2023 10:05
Jakarta: Pemerintah terus menggenjot hilirisasi, terutama sektor tambang untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar.
 
Perusahaan-perusahaan tambang dituntut membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter, tak terkecuali PT Freeport Indonesia (PTFI).
 
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas tidak menampik atau mengelak upaya hilirisasi yang tengah didorong pemerintah. Justru ia mengatakan bahwa proses hilirisasi di sektor tambang itu sudah terjadi sejak lama dan bukan baru-baru ini saja.
 
Contohnya dalam Kontrak Karya Freeport Indonesia, anak usaha perusahaan tambang Amerika Serikat tersebut diwajibkan membangun smelter di Tanah Air.
 
Baca juga: Mantap! Proyek Smelter Dorong Peningkatan Realisasi Investasi di Daerah
 
"Proses hilirisasi ini sudah lama. dalam Kontrak Karya 1991 membangun smelter adalah kewajiban yang ditulis dalam kontrak karya untuk membangun satu smelter tembaga di Indonesia," katanya dalam Executive Forum, Kamis, 30 Maret 2023.
 
Sehingga menurunnya, semangat perusahaan untuk melakukan hilirisasi itu sudah ada.
 
"Jadi sudah ada semangat hilirisasi itu," ucapnya.
 
Ia juga berujar, dalam menjalankan bisnis industri pertambangan memang sangat menguntungkan jika membuat smelter atau dapat menciptakan produk di hilirnya.
 
"Karena memang kalau di logam-logam tertentu kalau membangun smelter itu ya lebih untung. Saat ini yang lebih banyak adalah smelter nikel karena lebih profitable," jelasnya. 
 
Baca juga: Hilirisasi Nikel Jadi Ceruk Bisnis Menggiurkan

Lalu bagaimana kabar smelter PTFI?

Tony menjelaskan, smelter Freeport yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur sudah mencapai 56,5 persen per akhir Februari 2023.
 
"Progres yang kami lakukan di PTFI. Prores ini sudah mencapai 56,5 persen per akhir Februari dan sudah dibelanjakan USD1,8 miliar atau lebih dari Rp22 triliun dari total capex USD3 miliar," tuturnya.
 
Dia menargetkan proyek ini akan selesai tahap konstruksinya pada akhir 2023 sehingga precommissioning dan commissioning dapat dilakukan pada Mei 2024.
 
"Tahun ini harus selesai konstruksi fisikanya 100 persen. Jadi, bangunannya sudah berdiri 100 persen dan lanjut precommissioning dan commissioning yang nanti akan start produksi pada Mei 2024," katanya.
 
Namun untuk mencapai kapasitas produksi 100 persen, Tony melanjutkan pihaknya menargetkan akan terjadi pada Desember 2024.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan