Ilustrasi. FOTO: HashMicro
Ilustrasi. FOTO: HashMicro

Berkurangnya Pendanaan dari Investor Jadi Penyebab Badai PHK di Startup

Angga Bratadharma • 22 Juni 2022 10:32
Jakarta: Fenomena berbagai startup yang melakukan proses efisiensi melalui Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal sedang marak terjadi di dunia, tanpa terkecuali di Indonesia. Data dari Laporan aggregator layoff.fyi menyatakan jumlah pegawai di dunia yang terkena kebijakan itu PHK mencapai 15 ribu orang pada Mei.
 
Business Development Director sekaligus salah satu founder HashMicro Lusiana menyatakan fenomena badai PHK tersebut pada umumnya disebabkan oleh berkurangnya pendanaan pada perusahaan rintisan oleh investor.  

 
"Memang ada banyak faktor, namun yang kami lihat saat ini faktor utama munculnya fenomena ini karena para investor yang mendanai startup tersebut terutama dari berbagai venture capital mulai meminimalisir pendanaan," kata Lusiana, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 22 Juni 2022.

Hal ini, lanjutnya, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kenaikan suku bunga, lonjakan inflasi, serta startup itu sendiri yang belum mencatatkan laba bersih. "Sehingga arus kas menjadi tidak stabil," ujar Lusiana.
 
Sedangkan di HashMicro, ia mengklaim, sama sekali tidak terdampak badai PHK tersebut dan justru menguat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penerapan strategi bisnis yang tepat. "Sedari awal, HashMicro fokus dalam membentuk model bisnis yang scalable tanpa mengorbankan tujuan utama kami, yakni profitability," tuturnya.
 
Upaya tersebut, tambahnya, yang membuat pihaknya bisa mandiri dan tidak bergantung semata dari kucuran dana investor. "Sehingga kami dapat mengatur keuangan perusahaan secara mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada pendanaan dari investor," klaim Lusiana.

 
Selain itu, lanjutnya, HashMicro juga menerapkan strategi bisnis lain yakni berfokus pada product-market fit. Lusiana menjelaskan HashMicro berfokus dalam menghadirkan solusi utama yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan target pasarnya.
 
"Fokus pada pengembangan produk dan solusi tertentu dapat memberikan jaminan lebih produk kami memang yang paling tepat di pasaran. Hal ini berujung pada kenaikan jumlah klien kami, dan menghasilkan kenaikan laba yang signifikan bagi perusahaan kami," ucap Lusiana.

Beralih fokus

Sementara itu, menurut Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (AFTEC) Rudiantara, saat ini banyak modal ventura yang beralih fokus di mana mulai melihat kinerja keuangan perusahaan dibandingkan dengan melihat traction dari para startup.
 
Traction ialah melihat jumlah pengguna atau pengunduh dan loyalitas pengguna terhadap jasa atau produk startup tersebut. Adapun, terkadang untuk mencapai traction yang bagus, para startup ini melakukan berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan strategi bakar uang.
 
Dana yang disuntik besar bahkan hingga triliunan rupiah, namun hasilnya nihil, Venture Capital (VC) pun enggan menyuntikkan dananya lagi. Alhasil, tsunami besar pemutusan hubungan kerja di startup mulai menghantui.
 
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, fenomena yang dihadapi startup saat ini bukan semata permasalahan tidak adanya pendanaan, bahkan kondisi ekonomi masyarakat pun terbilang cukup baik dan kondisi pasar semakin pulih. "Kendala justru terletak dari penggunaan dana operasional masing-masing startup," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan