"Kebetulan ada penyekatan itu ya, turun. Sebelumnya saat puasa kita bisa 20 persen, sekarang begitu Lebaran ada penyekatan kita turun jadi 10 persen," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basuki, Sabtu, 22 Mei 2021.
Agoes menerangkan hotel di Kota Malang tetap bisa bertahan meski okupansi sempat menyentuh angka 10 persen dengan mengandalkan pendapatan dari restoran.
"Jadi memang dengan kreasi ya. Kamar memang jatuh. Tapi di makanan minuman di restonya masih jalan. Resto di Kota Malang kuat sekali. Kuliner di Kota Malang kuat sekali. Jadi masih bisa hidup walaupun belum bisa maksimal," jelasnya.
Meski pernah terpuruk, Agoes mengaku okupansi hotel di Kota Malang kini mulai mengalami peningkatan. Dia pun berharap setelah masa penyekatan selesai, okupansi hotel dapat meningkat.
"Harapannya mendekati normal. Saat-saat ini memang saat harus prihatin semua. Jadi jangan yang penting bisa eksis dan bisa operasional, tidak seperti kota lain. Bahkan ada yang tutup usaha," ujarnya.
Berdasarkan catatan PHRI, belum ada satupun hotel di Kota Malang yang melapor untuk menutup usahanya. Seluruh hotel tercatat masih tetap beroperasi hingga saat ini.
"Selama pandemi belum ada yang tutup. Tetap berkreasi dengan paket-paket dan sebagainya," bebernya.
Agoes menegaskan bahwa pelaku sektor pariwisata di Kota Malang memang harus siap dalam menghadapi pandemi covid-19. Untuk bertahan, mereka wajib berkreasi dan beradaptasi.
"Salah satunya kita membuat tempat kita jadi dari fisik, gedung, kita kan sudah bersertifikat DHSE. Sertifikat bahwa kita ini sehat. Safe, untuk itu. Kemudian fisiknya sudah, protokol kesehatan sudah. Sekarang tinggal vaksin ini," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News