"Pencapaian investasi tersebut masih jauh dari target yang diminta DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp5 triliun pada 2021," katanya saat dihubungi Antara, Rabu, 28 Juli 2021.
Menurut dia, penetapan target oleh DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah yang sebesar Rp5 triliun itu disebabkan realisasi investasi di Kabupaten Cilacap pada 2020 mencapai Rp3,9 triliun atau lebih besar dari target yang ditetapkan sebesar Rp913 miliar.
Kendati demikian, dia mengakui jika sebelumnya DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah meminta target investasi di Kabupaten Cilacap pada 2021 sebesar Rp6,5 triliun.
Akan tetapi, pihaknya meminta target tersebut diturunkan karena situasi masih dipengaruhi pandemi Covid-19, hingga akhirnya disepakati sebesar Rp5 triliun. Lebih lanjut, Renny (panggilan akrab Dian Arinda Murni, red.) mengatakan pihaknya akan berusaha untuk mencapai target investasi 2021 tersebut meskipun cukup berat.
"Ya paling tidak bisa mendekati target yang ditetapkan. Kalau PT Indoferro yang memproduksi nikel bisa masuk ke Bunton, Kecamatan Adipala, bisa masuk tahun ini, targetnya bisa terlampaui karena nilai investasinya mencapai Rp17 triliun," katanya.
Ia mengatakan penandatanganan surat minat (letter of intent/LoI) antara PT Indoferro dan Pemerintah Kabupaten Cilacap sudah dilakukan pada 2019, namun sampai sekarang masih terkendala pandemi. Menurut dia, pihak PT Indoferro masih berusaha agar bisa segera merealisasikan investasinya di Cilacap pada 2021.
"Oleh karena itu, sebagian besar investasi di Cilacap pada 2021 berupa penambahan aset dari perusahaan-perusahaan yang telah beroperasi seperti PLTU dan sebagainya. Namun ada juga investasi baru yang masuk seperti pengembang perumahan dan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)," katanya.
Bahkan, kata dia, investasi di sektor perumahan dan SPBU khususnya usaha Pertashop terus bertambah meskipun masih dalam suasana pandemi serta pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM)
Sementara di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kata dia, pihaknya juga memberikan kemudahan dalam proses perizinan bagi pelaku UMKM.
"Saat pandemi seperti sekarang, para pelaku UMKM memang terkendala dalam pemasaran produknya. Namun dengan adanya pemasaran secara daring, hal itu cukup membantu mereka sehingga kegiatan usahanya tetap bisa berjalan, mudah-mudahan tetap menggeliat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News