Di tengah kondisi pandemi covid-19, hasil panen manggis asal Senduro, Lumajang, Jawa Timur, bisa kembali diekspor ke mancanegara (Foto:Dok.Kementan)
Di tengah kondisi pandemi covid-19, hasil panen manggis asal Senduro, Lumajang, Jawa Timur, bisa kembali diekspor ke mancanegara (Foto:Dok.Kementan)

Petani Manggis Raup Berkah di Tengah Pandemi Covid-19

Intan Yunelia • 27 April 2020 15:18
Jakarta: Para petani manggis di Senduro, Lumajang, Jawa Timur, saat ini bisa bernapas lebih lega. Di tengah kondisi pandemi covid-19, hasil panen manggis asal kawasan tersebut bisa kembali diekspor ke mancanegara.  
 
Adanya penutupan jalur penerbangan ke sejumlah negara, ternyata tak menyurutkan semangat para eksportir untuk terus mengirim buah manggis ke sejumlah negara. Terutama Tiongkok.
 
Menggeliatnya kembali ekspor manggis tersebut disambut positif berbagai kalangan. Salah satunya yang sangat dirasakan manfaatnya oleh petani manggis di Lumajang adalah harga jual di tingkat petani yang tetap terjaga.

"Betul saat ini masih berlangsung ekspor manggis dari Lumajang untuk tujuan Tiongkok. Dikirimnya melalui jalur laut lewat pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Ini untuk menyiasati adanya pembatasan ekspedisi melalui jalur penerbangan internasional ke Tiongkok di tengah wabah covid-19," kata Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto, saat dihubungi di Jakarta, Senin, 27 April 2020.
 
Menggeliatnya kembali ekspor buah tropis ini tentu menggembirakan karena akan membawa manfaat positif bagi perekonomian nasional, khususnya bagi petani manggis.
 
"Mereka bisa menikmati harga manggis yang lebih baik," ujar Prihasto.
 
Menurutnya, permintaan buah-buahan tropis di berbagai negara sebenarnya sangat tinggi. Terlebih pada saat pandemi covid-19, masyarakat dunia sangat membutuhkan asupan vitamin asal buah-buahan segar.
 
"Manggis ini sudah lama dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Permintaan pasar luar negeri cukup tinggi. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita akan terus dorong ekspor buah tropis kita, apapun keadaannya. Hal ini juga bagian dari program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (GraTiEks) komoditas pertanian yang dicanangkan oleh Mentan. Justru saat seperti sekarang ini adalah momentum sekaligus peluang bagus untuk para eksportir mengisi pasar dunia. Tentunya tanpa mengabaikan protokol kesehatan," ucapnya.


 
Ekspor Kian Moncer


Ketua Asosiasi Petani Manggis 'Senduro Makmur' Kandangtepus Senduro Lumajang, Sahul Priyadi (49) mengaku senang hasil panen manggis dari daerahnya bisa kembali diekspor. Meski setiap tahun pihaknya rutin memasok manggis ke eksportir, diakuinya tahun ini sempat muncul was-was akibat terpaan wabah Corona.
 
"Senang sekali ada ekspor manggis lagi. Terus terang kami sempat khawatir tahun ini tidak bisa ekspor lagi karena adanya Virus Corona. Alhamdulillah, ternyata tahun ini mitra eksportir kami masih bisa (ekspor) lagi lewat pelabuhan Jakarta," kata Sahul.
 
Menurut Sahul yang sekaligus berperan sebagai koordinator pengumpul manggis wilayah Lumajang tersebut, sejak awal Maret 2020 lalu hingga saat ini sudah mengirim sedikitnya 90 ton manggis untuk diekspor melalui PT Bumi Alam Sumatera (BAS).
 
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dirinya mengaku mampu memasok rata-rata 55 ton untuk dieskpor. "Ekspor manggis dari Lumajang terbilang lancar. Buktinya, sejak awal Maret sampe sekarang sudah kirim 12 kali sebanyak 1.000 boks, masing-masing boks beratnya 7,5 kilogram. Jadi totalnya sudah sekitar 90 ton. Ini masih jalan terus, sampai kira-kira panen bulan Mei nanti," ucap Sahul.
 
Jika ada ekspor seperti ini, kata Sahul, petani bersyukur karena harga manggis bisa terjaga bagus biarpun sedang panen raya. Sekarang ini manggis kami dibeli eksportir Rp13 ribu hingga Rp15 ribu per kilo sesuai grade.
 
"Kalau pas lagi jarang manggis, pernah dihargai sampai Rp45 ribu hingga Rp60 ribu sekilo. Lha, kalau hanya ngandelin jual ke penebas lokalan, harganya bisa jauh dibawah itu," ujarnya.
 
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang, Donny Ananto menyebut potensi pengembangan manggis di daerahnya masih sangat luas. Manggis lokal Lumajang banyak ditemui di beberapa kecamatan seperti Senduro, Guci Alit ,Pasru Jambe, Randu Agung dan Candipuro.
 
"Catatan statistik kami, produksi tahun 2019 mencapai 631 ton. Kebun manggis di sini ada yang berupa hamparan, ada pula yang spot-spot  peninggalan simbah-simbah dulu yang umurnya puluhan bahkan ada yang ratusan tahun. Perkiraan lebih dari 170 hektare," kata Donny.
 
Donny mengatakan pihaknya sangat membuka diri dan siap memfasilitasi apabila ada eksportir  lain yang berminat untuk menjalin kemitraan dengan petani manggis di Lumajang. Guna memacu ekspor, Dinas Pertanian setempat hingga kini terus menggiatkan pembinaan kepada kelompoktani serta melakukan registrasi kebun manggis sebagai salah satu persyaratan ekspor.
 
"Di lapangan masih banyak sekali manggis yang belum diekspor, karena rata-rata petani menjualnya masih tebasan. Akibatnya kalau pas lagi panen raya harganya selalu rendah. Apalagi sekarang dibayang-bayangi adanya covid-19. Untunglah saat ini ada ekspor lagi, sangat membantu petani," katanya.
 
Mengutip data BPS, produksi manggis nasional tahun 2019 sebanyak 246.476 ton naik 8,03 persen dibanding tahun sebelumnya. Sentra produksi manggis membentang dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara bahkan sampai Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
 
Beberapa sentra terkenal di antaranya Purwakarta, Tasikmalaya, Bogor, Subang, 50 Kota, Solok, Solok Selatan, Kampar, Purworejo, Tabanan dan Lombok Barat. Lumajang menjadi salah satu sentra penghasil manggis di Jawa Timur selain Ponorogo, Jember, Malang, Trenggalek, Blitar, Jombang dan Banyuwangi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan