Kepala Bank Indonesia (BI) Solo Bambang Pramono menyebut angka deflasi tersebut merupakan angka deflasi terdalam di seluruh Pulau Jawa dalam periode yang sama.
"Dampak pandemi korona (covid-19) membuat permintaan masyarakat secara umum terhadap barang dan jasa cenderung menurun. Pembatasan aktivitas masyarakat, penutupan mal dan restoran, larangan mudik, WFH (work from home), LFH (learn from home) menjadi faktor yang menahan konsumsi masyarakat," katanya di Solo, Jawa Tengah, Jumat, 12 Juni 2020.
Bambang menjelaskan deflasi tersebut dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah kebutuhan pokok seperti bawang putih yang mengambil andil -0,13 persen, telur ayam ras sebesar -0,10 persen, cabe rawit sebesar -0,04 persen, minyak goreng sebesar -0,03 persen, serta cabe merah besar sebesar -0,02 persen.
"Harga bawang putih turun seiring dengan melimpahnya pasokan pasca realisasi impor dari Tiongkok dan pembebasan izin impor bawang putih sejak 18 Maret 2020 hingga 31 Mei 2020. Sedangkan untuk komoditas penyebab deflasi lain penurunan harganya terjadi sejalan dengan kebijakan penanganan covid-19 untuk tetap di rumah saja. Padahal biasanya saat Idulfitri permintaan pasar sangat tinggi," imbuh Bambang.
Di sisi lain, ekonomi di Solo selama pandemi juga tumbuh melambat. Indikator tersebut tampak dari kinerja pariwisata yang turun karena lokasi wisata ditutup, menurunnya indeks keyakinan konsumen, serta turunnya kinerja industri dan perdagangan.
"Kita berharap pandemi segera berakhir. Sehingga pertumbuhan ekonomi di Soloraya dapat kembali tumbuh," pungkas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News