Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi pada sesi diskusi dengan tema Clean Ammonia di Pavilion Indonesia, Dubai. Foto: dok Pupuk Indonesia.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi pada sesi diskusi dengan tema Clean Ammonia di Pavilion Indonesia, Dubai. Foto: dok Pupuk Indonesia.

Jadi yang Pertama, Pabrik Clean Ammonia Pupuk Indonesia Mulai Dibangun 2026

Ade Hapsari Lestarini • 08 Desember 2023 15:29
Dubai: PT Pupuk Indonesia (Persero) mendukung komitmen global dalam Konferensi Tingkat Tinggi PBB untuk mengurangi emisi karbon dunia atau 28th Conference of Parties (COP28).
 
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi pada sesi diskusi dengan tema Clean Ammonia di Pavilion Indonesia, Dubai, Selasa, 5 Desember 2023.
 
Rahmad mengungkapkan, Pupuk Indonesia saat ini adalah pemain utama amonia di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Pupuk Indonesia menguasai empat persen produksi amonia global atau sekitar tujuh juta ton per tahun, yang seluruhnya adalah grey ammonia atau masih menghasilkan emisi karbon.

"Sehingga aspirasi kami saat ini adalah melakukan dekarbonisasi bisnis existing, dan pada saat bersamaan mengembangkan bisnis baru, yaitu clean ammonia," jelas Rahmad, dalam keterangan tertulis, Jumat, 8 Desember 2023.
 
Dia mengatakan, tujuan utama pengembangan clean ammonia adalah mewujudkan industri pupuk dan kimia yang rendah karbon. Sejalan dengan komitmen global, Rahmad menyebutkan Pupuk Indonesia telah berhasil menurunkan emisi karbon secara nyata, yaitu sebesar 1,55 juta ton atau di atas target 1,21 juta ton pada 2023.
 
"Penurunan ini berasal dari optimalisasi dan efisiensi konsumsi energi, utilisasi renewable energy, co-firing biomassa, solusi berbasis alam, hingga revitalisasi sejumlah pabrik pupuk," tambah Rahmad.
 
 
Baca juga: Gencar Berkolaborasi, Pupuk Indonesia Perkuat Posisi sebagai Pelopor Amonia Hijau

 
Sejalan dengan inisiatif tersebut, maka ke depan Pupuk Indonesia akan mengembangkan amonia yang lebih rendah dan bahkan nol emisi karbon. Adapun amonia bersih ini terdiri dari blue ammonia dan green ammonia. Serta secara jangka panjang akan mengembangkan green methanol.
 
Menurut dia, pengembangan clean ammonia sejalan dengan potensi Indonesia sebagai hub Carbon Capture Storage (CCS). Karena implementasi teknologi CCS di Indonesia berpotensi dapat menampung 4,3 giga ton karbon. Pupuk Indonesia juga terlibat dalam pengembangan teknologi CCS di Aceh dan Lapangan Abadi Masela.
 
CCS merupakan teknologi yang mampu menangkap emisi karbon di udara dan menyimpannya dalam sebuah storage. Selanjutnya emisi karbon disalurkan dan diinjeksikan ke sumur minyak dan gas tua untuk meningkatkan produksinya.
 
Selain teknologi CCS, pengembangan clean ammonia di Indonesia juga ditopang oleh potensi renewable energy sebesar 3.700 giga watt, yang terbesar berasal dari tenaga surya. Energi bersih ini menjadi sumber utama untuk menghasilkan green hydrogen, yang kemudian dapat dikonversi oleh Pupuk Indonesia menjadi green ammonia.
 
"Pupuk Indonesia memiliki sumber daya yang memadai untuk pengembangan clean ammonia. Mulai dari fasilitas existing untuk konversi green hydrogen menjadi green ammonia, keahlian dan pengetahuan dalam memproduksi amonia, pengalaman mengelola dan mendistribusikan amonia, hingga memiliki Kawasan Industri Hijau di Lhokseumawe, Aceh," jelas Rahmad.
 
 
Baca juga: Aplikasi i-Pubers Mudahkan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

 
Dengan potensi dan keahlian tersebut, lanjutnya, Pupuk Indonesia telah menyiapkan roadmap pengembangan clean ammonia. Pada 2023-2025, Pupuk Indonesia menyusun rencana dan Final Investment Decision (FID) pengembangan blue ammonia dan green ammonia. Pada 2026 akan memulai konstruksi pabrik clean ammonia di Jawa Timur dan Aceh. Pada 2028 mulai mengoperasikan pabrik green ammonia dalam skala kecil. Pada 2030 mulai mengoperasikan pabrik blue ammonia dan utilisasi teknologi CCS.
 
Pengembangan clean ammonia akan semakin besar pada 2050. Pada titik ini, Pupuk Indonesia diharapkan sudah dapat meningkatkan produksi amonia dari tujuh juta ton per tahun pada 2023 menjadi 12,9 juta ton per tahun pada 2050.
 
Menurut Rahmad, pengembangan ekosistem pendukung clean ammonia ini sangat penting. Karena selain mendukung kelancaran pasokan bahan baku pupuk, clean ammonia juga dibutuhkan sebagai sumber energi bersih masa depan. Namun dalam pengembangannya terdapat sejumlah tantangan, seperti kepastian regulasi, kelayakan secara ekonomi, teknologi, hingga infrastruktur pendukung.
 
"Oleh karena itu kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan clean ammonia di Indonesia. Mulai dari kolaborasi untuk pengembangan renewable energy yang terjangkau, teknologi, fasilitas CCS, logistik, termasuk berkolaborasi dengan para pembeli potensial," kata Rahmad. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan