baca juga: Bapanas Siap Serap Pangan Domestik |
“Kita (Indonesia) minta mereka (Tiongkok) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sangat sukses menjadi swasembada. Mereka bersedia,” ujar Luhut dikutip dari Antara, Senin, 22 April 2024.
Kesepakatan tersebut merupakan salah satu hasil dari Pertemuan Ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI–RRT di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 19 April 2024.
Luhut mengatakan langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah mencari mitra lokal untuk bekerja sama dalam mengembangkan pertanian di Indonesia.
“Kita tinggal mencari mitra lokal untuk membuatnya di Kalteng, karena tanahnya itu dari zaman dulu sudah ada sampai 1 juta hektare,” ucap dia.
Akan tetapi, tutur Luhut melanjutkan, pengelolaan lahan tersebut akan dilakukan secara bertahap. Misalkan, dari 100 ribu hektare, naik ke 200 ribu hektare, dan selanjutnya. Adapun lembaga yang ditunjuk untuk mengumpulkan hasil produksi tersebut adalah Perum Bulog.
“Kita berharap enam bulan dari sekarang mungkin kita sudah mulai dengan proyek ini,” kata Luhut.
Merangkul anak-anak muda
Ia berambisi untuk merangkul anak-anak muda Indonesia yang bergelut di bidang pertanian untuk turut bergabung dalam pengembangan proyek ini. Menurut Luhut, proyek ini penting karena padi merupakan permasalahan serius bagi Indonesia.“Selalu masalah kita adalah padi. Beras selalu kita impor, 2 juta lah, 1,5 juta lah. Jadi, kalau program ini jalan, dan menurut saya harus jalan, kita sebenarnya minta 4–5 ton saja,” ucap dia.
Luhut menegaskan realisasi investasi terkait agrikultur demi mewujudkan ketahanan pangan cukup mendesak untuk dilakukan.
Oleh karena itu, Luhut gencar mendorong kolaborasi dalam adopsi modelling China dalam bidang riset dan teknologi pertanian, serta penguatan kualitas produk pertanian, terutama untuk padi.
“Kita menjadi lumbung pangan nanti kedepannya. Harusnya demikian,” jelas luhut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News