Pada konteks beras, misalnya, terdapat kemungkinan kapasitas produksinya mengalami penurunan. Sebab sistem produksi sangat rentan terhadap gangguan ketersediaan air dan konservasi sumber daya air yang menyebabkan peningkatan kapasitas sangat dibutuhkan untuk masa depan.
"Selain itu keberlanjutan pertanian pangan terancam, karena terdapat kemungkinan lahan kelelahan. Investasi sanitasi tanah, pola tanam ramah lingkungan, sistem rotasi tanaman, tumpang sari, pemberdayaan petani dan kelembagaannya jadi upaya untuk meminimalisasi dampak tersebut," ujar Bustanul dalam acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal secara virtual, Rabu, 2 Desember 2020.
Pada konteks gula, lanjutnya, meski banyak memiliki banyak lahan perkebunan tebu, namun hal tersebut tidak mencukupi pasokan untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Alhasil, pemerintah seringkali melakukan impor gula dari negara lain.
"biaya produksi di dalam negeri cukup tinggi, hal ini menyebabkan harga gula di tingkat lokal sering mengalami fluktuasi yang tidak menentu dan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain," paparnya.
Sementara pada sektor minyak nabati, area perkebunan kelapa sawit yang merupakan bahan baku dari minyak nabati selalu mengalami pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya harga crude palm oil (CPO) di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Namun, ada beberapa kendala seperti adanya kemungkinan risiko logistik atau menurunnya harga CPO di tingkat dunia seiring menurunnya harga minyak dan gas. Oleh karena itu, kebijakan seperti peningkatan kapasitas produksi, pemberian insentif terhadap buruh tani, melakukan penanaman ulang, dianggap bisa mengakomodasi permasalahan tersebut
Dengan berbagai strategi kebijakan tersebut, Bustanul optimistis Indonesia bisa memulihkan perekonomiannya pada kuartal kedua 2021 seiring dengan pulihnya konsumsi rumah tangga dan pemberdayaan UKM dan restrukturisasi utang.
"Tentu hal ini harus dilakukan bersamaan dengan penyesuaian kebijakan ekonomi dan pembangunan pada masa pandemi covid-19," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News