Ilustrasi nelayan penangkap ikan tuna. Foto: dok MI.
Ilustrasi nelayan penangkap ikan tuna. Foto: dok MI.

Indonesia Bisa Olah Budi Daya Tuna Jadi Peluang, Begini Caranya

Ade Hapsari Lestarini • 27 November 2024 06:17
Jakarta: Program mendorong budi daya tuna menjadi solusi strategis untuk mengatasi penurunan populasi tuna di dunia, khususnya di wilayah Pasifik, yang saat ini mengalami overfishing. Langkah ini juga akan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam.
 
"Populasi tuna, baik yellowfin tuna maupun bigeye tuna, sudah menurun drastis karena penangkapan berlebih. Oleh karena itu, budi daya tuna adalah langkah yang sangat baik. Namun, diperlukan teknologi dan riset yang mumpuni untuk mendukung keberhasilannya," kata Pakar Sumber Daya Kelautan Prof. Wudianto kepada wartawan, Selasa, 26 November 2024.
 
Menurut Wudianto, budi daya tuna di Indonesia dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, pembesaran (farming): mengambil benih tuna kecil dari alam untuk dibesarkan di keramba laut hingga mencapai ukuran komersial. Kedua, Breeding: mengembangbiakkan tuna dewasa di fasilitas tangki besar, sehingga menghasilkan anakan yang dapat dibudidayakan.

"Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan budi daya tuna karena ekosistem lautnya yang luas dan mendukung. Namun, untuk metode breeding, diperlukan riset lanjutan dan teknologi yang canggih, mengingat tuna merupakan spesies laut dalam yang membutuhkan lingkungan spesifik," kata dia.
 
Dia menyarankan, perlunya koordinasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menghidupkan kembali penelitian terkait budi daya tuna yang sempat dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Laut (Gondol).
 
"Dulu, Gondol sudah memiliki fasilitas untuk breeding tuna yang dikembangkan bersama JICA, Jepang. Sayangnya, setelah riset pindah ke BRIN, penelitian ini kurang mendapat perhatian. KKP perlu mendukung pendanaan dan mendorong kerja sama dengan BRIN untuk mengoptimalkan potensi ini," tegas dia.
 
Budi daya tuna diyakini dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam. Dengan budi daya, produksi tuna nasional dapat ditingkatkan secara berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen tuna global.
 
"Jika budi daya tuna berhasil, tidak hanya perekonomian nelayan yang meningkat, tetapi juga daya saing Indonesia di pasar internasional. Ini adalah investasi untuk masa depan sektor perikanan kita," ujar Wudianto.
 
Sementara itu, salah seorang pengusaha penangkapan tuna, Dwi Agus Siswa Putra menyebut langkah budi daya tuna merupakan inovasi besar yang menandai kemajuan signifikan dalam sektor perikanan Indonesia.
 
"Saya sangat menghormati langkah ini. Jika ada pelaku usaha atau pemerintah yang berani memulai budi daya tuna di Indonesia, itu sebuah kemajuan luar biasa. Indonesia menjadi lebih maju dalam perikanan tuna," kata Dwi yang pernah menjadi Sekjen ATLI itu.
 
Dwi, yang sudah bergelut di industri penangkapan tuna sejak 1992, menyebut penangkapan tuna saat ini semakin sulit. Lokasi fishing ground semakin jauh, seperti di Samudra Hindia, dengan waktu tempuh hingga tiga sampai tujuh hari. Hal ini membuat operasional semakin mahal dan hasil tangkapan tidak selalu memadai.
 
"Kondisi ini memaksa kita untuk berpikir lebih maju. Budi daya tuna bisa menjadi solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh sektor perikanan tangkap," tambah dia.
 
Menurut dia, budi daya tuna memerlukan persiapan dan teknologi yang matang. Negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Turki telah sukses menjalankan budi daya tuna dengan teknologi canggih. Indonesia, yang memiliki potensi laut yang luas, perlu melakukan transfer teknologi untuk memastikan keberhasilan.
 
"Budi daya tuna butuh ruang laut yang besar, karena tuna adalah ikan dengan mobilitas tinggi. Kajiannya harus benar-benar matang, mulai dari lokasi hingga teknologi yang digunakan. Ini juga harus jauh dari wilayah nelayan tradisional agar tidak mengganggu aktivitas mereka," jelas dia.
 
Dia juga menekankan pentingnya mendatangkan ahli dari luar negeri untuk transfer teknologi, dengan catatan kajian teknis dan adaptasi terhadap kondisi lokal harus diperhatikan. Jika budi daya tuna berhasil, dampaknya akan signifikan bagi pelaku usaha dan ekonomi nasional. Proyek ini dapat menciptakan peluang baru di sektor perikanan, menarik investasi, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
 
"Jika ini berhasil, manfaatnya akan datang dengan sendirinya. Ini akan membawa kebanggaan bagi kita semua di sektor perikanan. Pelaku usaha pasti akan melirik peluang ini, apalagi jika pemerintah bisa membuktikan keberhasilannya," ujar Sekretaris Umum Kesatuan Pelaut dan Pekerja Perikanan Bali tersebut.
 
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebelumnya mengambil langkah strategis untuk meningkatkan pengelolaan ikan tuna sebagai komoditas utama perikanan nasional. Melalui inovasi teknologi budi daya tuna (tuna farming), pemerintah bertujuan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.
 
Salah satu terobosan yang sedang diuji coba adalah teknologi budi daya tuna di keramba jaring apung, yang telah sukses diterapkan di negara seperti Turki. Model ini melibatkan penangkapan tuna kecil di alam untuk kemudian dibesarkan hingga ukuran matang di keramba apung.
 
Uji coba dilakukan di Zona 02 yang mencakup WPPNRI 716 dan 717, dengan pusat di Biak. Teknologi ini tidak hanya akan membantu menjaga keberlanjutan stok tuna di alam, tetapi juga memberikan penghasilan yang lebih stabil bagi nelayan tradisional, yang dapat berperan sebagai penyedia tuna kecil atau tenaga kerja dalam pengelolaan keramba.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan