Dana tersebut akan digunakan untuk mendorong rasio elektrifikasi nasional mencapai 100 persen hingga ke daerah tertinggal, terluar, terdepan (3T), membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dan lainnya.
"PMN ini akan direalisasikan untuk mewujudkan kebutuhan sektor energi bagi rakyat, seperti menyediakan kelistrikan di daerah-daerah 3T," kata Darmawan dalam siaran pers yang dikutip Kamis, 16 Juni 2022.
Dalam rinciannya, pengajuan PMN Rp10 triliun ini akan dialokasikan Rp2 triliun untuk mengoptimalkan pasokan listrik di Jawa Madura Bali dengan pembangunan infrastruktur.
Sebanyak Rp4,5 triliun untuk membangun transmisi yang menghubungkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ke daerah terpencil di wilayah Kalimantan.
PLN juga menganggarkan Rp3,5 triliun untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) berbasis pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM), PLTA dan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) dan transmisi yang menghubungkan kelistrikan di wilayah terpencil.
Selain itu, perusahaan setrum negara itu mengaku infrastruktur ketenagalistrikan yang digunakan untuk melayani daerah-daerah 3T membutuhkan biaya investasi per pelanggan yang sangat tinggi. Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp25 juta sampai Rp45 juta per pelanggan.
"Untuk itu, kehadiran PMN ini hadir sebagai pengejawantahan keadilan, PLN membangun infrastruktur energi di seantero nusantara, terutama daerah 3T," ucap Darmawan.
Sementara itu, kucuran PMN sejak 2020 sudah diserap oleh PLN sebanyak Rp4,7 triliun hingga triwulan pertama tahun ini. Realisasi ini mencapai 95 persen dari total dana PMN yang telah diterima oleh PLN.
Sedangkan, untuk realisasi PMN di 2021 hingga triwulan pertama tahun ini sudah terserap Rp4 triliun atau 80 persen dari total dana PMN yang sudah diterima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News