Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu atau biasa disapa Tebe menjelaskan, sekitar 80 persen sampai 85 persen komponen biaya produksi pakan berasal dari bahan baku, sehingga pasokan dan harga bahan baku menjadi elemen krusial dalam penentuan harga pakan.
"Ketersediaan bahan baku bagi industri pakan, terutama sumber protein harus tersedia secara kontinu dalam kualitas dan kuantitas yang pasti," ujarnya dalam keterangan pers, Rabu, 14 Desember 2022.
Dalam laporannya, untuk pabrik pakan komersial, stok bahan baku harus tersedia paling tidak empat hingga enam bulan ke depan, sehingga kestabilan stok bahan baku menjadi penting.
Tebe juga mengatakan pihaknya telah melakukan identifikasi dan pemetaan sumber bahan baku lokal dan pakan alami yang potensial. Serta, melakukan pengembangan percontohan di masyarakat yang bekerja sama dengan stakeholder di bidang pakan, baik dari kementerian, pemerintah daerah, asosiasi, swasta hingga pembudidaya dan penggiat pakan mandiri di masyarakat.
Direktur Pakan dan Obat Ikan Ujang Komarudin menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir impor bahan baku pakan ialah dengan mencari substitusi bahan baku yang diimpor melalui penyediaan dalam negeri.
Menurutnya banyak sumber bahan baku lokal yang diproduksi dalam negeri dan mampu menggantikan bahan baku impor, namun masih membutuhkan peningkatan kuantitas hingga mencapai skala industri, karena kebutuhan yang tinggi dari industri pakan.
"Bahan baku yang dikembangkan KKP seperti indigofera dan spirulina perlu ditingkatkan kapasitasnya sebagai substitusi sumber protein nabati untuk menjamin ketersediaan bahan baku di dalam negeri," sebutnya.
Selain itu, kata Ujang, sebagai sumber bahan baku protein hewani juga sudah diinisiasi KKP melalui percontohan budidaya maggot di beberapa lokasi.
Baca juga: Cegah Penyelundupan, KKP Atur Ketat Perdagangan Ikan Hiu dan Pari |
Di satu sisi, untuk menumbuhkan skala usaha, KKP juga mendorong penggiat budidaya maggot untuk inisiasi kerja sama dengan pihak lain penghasil sampah organik seperti pemukiman, perhotelan, supermarket, industri pengolahan pangan. Langkah itu untuk menampung sampah organik tersebut, agar usaha produksi maggot dapat berkembang dan berkelanjutan.
"Diperlukan keseriusan dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemda, swasta hingga masyarakat untuk dapat memaksimalkan potensi industri bahan baku pakan di dalam negeri," beber Ujang.
Sementara itu, Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Deny Mulyono menyatakan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam industri pakan ialah ketersediaan bahan baku pakan terutama sumber protein seperti minyak kedelai yang masih harus diimpor.
Perusahaan pakan, lanjutnya, telah melakukan usaha untuk mencari substitusi bahan baku yang mengacu prinsip ketercernaan, kontinuitas stok dan kualitas bahan baku sesuai dengan riset yang telah dilakukan. Penggunaan bahan baku alternatif seperti bungkil kelapa sawit dan bungkil kopra masih dikatakan terbatas penggunaannya hanya sebagai substitusi.
"Sedangkan, tepung ikan lokal sudah cukup banyak digunakan namun masih membutuhkan sertifikasi untuk keberlanjutannya," terang Deny.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News