PLTU. Foto: Dokumen PLN
PLTU. Foto: Dokumen PLN

Apa Kabar Program Proyek 35 Ribu Megawatt?

Annisa ayu artanti • 05 Juli 2023 20:26
Jakarta: Pada 2015, Presiden Joko Widodo meluncurkan program besar yaitu pembangunan pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (MW). Program itu digadang-gadang akan menjadi kekuatan Indonesia dalam kedaulatan energi nasional.
 
Mega proyek yang diproyeksikan selesai pada 2019 itu menitikberatkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 7-8 persen.
 
Lantas bagaimana kabar proyek tersebut sekarang?

Hal itu ditanyakan oleh Anggota Komisi VII DPR-RI Fraksi PKS Tifatul Sembiring pasalnya pertumbuhan ekonomi yang menjadi asumsi saat merancang mega proyek itu meleset. Pada triwulan I-2023 saja pertumbuhan ekonomi Indonesia masih 5,03 persen.
 
"Bagaimana dengan 35 ribu megawatt? Itu asumsi growth 7-8 persen tapi ternyata realita berkata lain, ada pandemi ini juga tentu mempengaruhi bahkan lima persen pertumbuhan," kata Tifatul dalam rapat dengar pendapat dengan PLN, Rabu, 5 Juli 2023.
 
Secara interaktif, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo pun menjawab kalau saat ini pembangkit yang telah terpasang (install) sekitar 22 ribu hingga 23 ribu megawatt.
 
"Lebih sekitar 22-23 gigawatt. Sudah install," jawab Darmawan.
 
Baca juga: Lampaui Target, PLN Sukses Turunkan Gangguan Listrik Lebih dari 25% pada 2022 

Namun Darmawan membeberkan lebih dalam kondisi mega proyek itu saat ini. Dia menyebut proyek 35 ribu megawatt akan mengalami kemunduran penyelesaian, dari 2019 menjadi 2026.
 
"Dulu 35 gigawatt itu dirancang untuk lima tahun. Nah dengan adanya renegosiasi ini maka jadwalnya kami mundurkan yang tadinya selesai 2019 kami mundur jadi 2026," kata Darmawan.
 
Mundurnya target ini dilakukan karena pihak PLN ingin meningkatkan demand terlebih dahulu. Asal tau saja, rancangan proyek yang meleset dengan realita saat ini menciptakan over suplai listrik. Pada 2021, over suplai mencapai tujuh gigawatt. Sementara permintaan listrik hanya 1,2 hingga 1,3 gigawatt saja.
 
"Sehingga yang tadinya jadwal (selesai) lima tahun menjadi 10 tahun, maka kami ada waktu untuk mengejar ketertinggalan dari demand," sebut Darmawan.
 
Menanggapi penjelasan tersebut Tifatul menyayangkannya. Dia bilang seharusnya perencanaan PLN lebih matang. Sebab, pada 2026 nanti pemerintahan sudah berganti dan bagaimana nasib proyek-proyek tersebut nantinya.
 
"Pada 2026 presiden sudah ganti, menteri sudah ganti, meleset (target proyek ini) pelajaran bagi kita semua, meleset jangan terlalu jauh. Kan perencanaan sama implementasi itu plus minus lima persen it's ok," ungkap Tifatul.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan