Ilustrasi Telkom Indonesia - - Foto: dok Telkom.
Ilustrasi Telkom Indonesia - - Foto: dok Telkom.

Investasi Telkom di GoTo Dinilai Sudah Tepat

Husen Miftahudin • 13 Juni 2022 17:05
Jakarta: Pengamat ekonomi politik Core Indonesia Piter Abdullah menilai investasi Telkom di platform digital terbesar dan terintegrasi di Indonesia (GoTo) sudah tepat. Pasalnya, langkah tersebut bukan hanya menguntungkan dari sisi capital gain, tetapi juga menjanjikan kolaborasi bisnis luar biasa yang berdampak pada peningkatan pendapatan Telkom.
 
"Dan paling penting, Telkom masuk ke bisnis digital dengan cara yang cerdas yakni berinvestasi dan bekerja sama dengan market leader," ujar Piter dalam keterangan tertulisnya, Senin, 13 Juni 2022.
 
Piter menganggap proses investasi tersebut telah dijalankan secara benar, memenuhi semua ketentuan, dan melalui proses persetujuan banyak pihak. Termasuk restu dari Singtel, BUMN Singapura, pemilik 35 persen saham Telkomsel. Keberadaan Telkom dan GoTo sebagai perusahaan publik merupakan jaminan bahwa keduanya menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan yang benar (good corporate governance/GCG).

"Justru kita perlu mengapresiasi Telkomsel atas kebijakannya berinvestasi di GoTo, karena GoTo adalah market leader dan jangkar utama ekonomi digital di negeri ini. Sungguh aneh apabila perusahaan telekomunikasi sebesar mereka tidak ikut berinvestasi di perusahaan yang menjadi penentu masa depan ekonomi digital. Akan menjadi penyesalan di kemudian hari," tukasnya.
 
Piter menambahkan, dari sisi pergerakan harga saham, Telkomsel berpotensi meraup cuan luar biasa. Harga saham GoTo sudah melampaui harga saat IPO di Rp338, sementara nilai investasi Telkomsel sebesar Rp270 per lembar. Artinya, sudah cuan triliunan dari investasi awal mereka di akhir 2020.
 
"Floating loss Telkom adalah awal mula dari semua kekisruhan ini, lalu dibuat melebar dan kemudian dipolitisasi secara berlebihan. Isu awalnya sudah terjawab, lalu apa lagi motivasi mereka? Yang perlu diingat, politisasi berlebihan akan berdampak buruk terhadap iklim investasi startup yang justru saat ini menghadapi tantangan berat. GoTo perusahaan tangguh, tapi startup atau calon unicorn belum sekuat itu dan membutuhkan investasi," tutur dia.
 
Sementara itu, pengamat ekonomi politik UIN Syarif Hidayatullah Dani Setiawan mencium bau tak sedap dari manuver para politisi di kasus investasi Telkom. Tujuan mereka bukan lagi mempersoalkan investasinya, tapi menyerang Menteri BUMN Erick Thohir untuk kepentingan pilpres 2024.
 
"Pilpres memang masih dua tahun lagi, tapi upaya jegal menjegal sudah berlangsung dari sekarang. Lawan politik Erick melihat peluang di kasus investasi Telkom karena keberadaan Boy Thohir sebagai Komut GoTo. Ketika momentum itu tiba, mereka berupaya mengkapitalisasi isu ini dengan sangat optimal. Maka itu mereka berebut memunculkan gagasan bikin pansus dan panja," jelas Dani.
 
Menurutnya serangan ke Erick menggunakan peluru investasi Telkom punya target untuk menggoyang posisi Erick dalam kabinet. Jika gagal melalui pintu reshuffle, rencana berikutnya adalah membentuk panitia khusus (pansus) dan panja untuk mendesak Erick mundur karena dianggap telah melakukan tata kelola perusahaan yang tidak benar dalam investasi Telkom di GoTo.
 
Jika tetap gagal menggergaji kursi jabatan Erick melalui jalur panja dan pansus, maka target mereka adalah membentuk citra dan opini yang buruk terhadap Erick sebagai pejabat negara. Pembentukan opini buruk akan terus berlangsung hingga merusak kredibilitas dan akhirnya popularitas meredup.
 
"Cara-cara ini sudah kebablasan dan berbahaya. Bagaimanapun, Telkom dan GoTo adalah perusahaan publik, sehingga apapun keputusan investasi atau strategi bisnis sudah melalui banyak proses yang kredibel dan dapat dipertanggung jawabkan," pungkas Dani.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan