Industri manufaktur. Foto: MI/Susanto.
Industri manufaktur. Foto: MI/Susanto.

PMI Manufaktur Indonesia Capai 52,2 di Desember 2023

Antara • 02 Januari 2024 17:10
Jakarta: Aktivitas industri manufaktur nasional tercatat masih ekspansif ditandai dengan capaian positif Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global. PMI Manufaktur Indonesia Desember 2023 tercatat berada di posisi 52,2 atau naik 0,5 poin dibanding November yang menempati level 51,7.
 
baca juga: IKN Jadi Kesempatan Baru bagi Dunia Industri Manufaktur

"Alhamdulillah, PMI Manufaktur Indonesia tetap berada dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut. Capaian ini hanya Indonesia dan India yang mampu mempertahankan level di atas 50 poin selama lebih dari 25 bulan. Kinerja baik ini tentu harus kita jaga dan tingkatkan," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, dilansir Antara, Selasa, 2 Januari 2024.
 
Menperin mengemukakan, kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik lantaran didukung dari beragam kebijakan strategis pemerintah yang telah berjalan secara on the right track.
 
"Laju industri manufaktur kita bisa lebih cepat di akhir 2023. Kami juga optimistis di 2024 bisa lebih baik lagi," ungkap dia.

Kebijakan belum sejalan

Namun, Agus menjelaskan, terdapat kebijakan yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan sektor industri, antara lain penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Pasalnya, masih banyak perusahaan industri yang belum menerima manfaat harga gas USD6 per MMBTU.

"Pada 2023, hanya 76,95 persen di Jawa Bagian Barat atau hanya sekitar 939,4 BBTUD dibayar dengan harga USD6,5 per MMBTU, sisanya harus dibayar dengan harga normal sebesar USD9,12 per MMBTU,” sebutnya.
 
Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya masih banyak sektor industri yang memperoleh volume gas lebih rendah atau tidak sesuai dengan jumlah yang sudah menjadi kontrak antara industri dan pihak penyedia.
 
"Kebijakan HGBT memang dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang kami inginkan, jauh dari ideal di mata kami. Oleh karenanya, karut marut terkait HGBT ini tentu mengurangi daya saing industri kita," papar Agus.

Pengendalian impor

Menperin menambahkan, kebijakan lainnya yang dibutuhkan adalah pengendalian impor.
 
"Kami meyakini, PMI kita bisa jauh lebih tinggi apabila pelaksanaan HGBT berjalan baik, dan pengendalian impor berjalan baik. Sebab, ada opportunity loss yang dihadapi sektor manufaktur kita akibat kedua hal tersebut. Selain itu, perlu didukung kebijakan untuk menjaga ketersediaan bahan baku sehingga sektor industri manufaktur kita tetap berproduksi dengan baik dalam memenuhi pasar domestik dan ekspor," ujar dia.
 
Catatan positif PMI Manufaktur Indonesia pada akhir tahun sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Desember 2023 yang telah dilansir sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian, dengan mencapai 51,32 poin.
 
Capaian tersebut menunjukkan industri konsisten berada di fase ekspansi selama lebih dari 13 bulan sejak diluncurkan IKI pada November 2022. Kemenperin membidik target pertumbuhan industri pengolahan manufaktur sebesar 5,80 persen pada 2024 atau Tahun Naga Kayu, lebih tinggi dari target 4,81 persen di 2023.
 
Dalam laporannya, S&P Global menyatakan, ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2023 karena adanya permintaan yang cukup tinggi, termasuk dari luar negeri. Ini mendorong pertumbuhan produksi lebih cepat dan penambahan jumlah tenaga kerja.
 
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyampaikan sektor manufaktur Indonesia menutup triwulan terakhir pada tahun ini dengan catatan positif karena permintaan baru yang akan datang dan output keduanya mengalami ekspansi pada tingkat solid.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan