"Karena harga internasional lebih rendah dari harga beras domestik, maka relaksasi impor bisa membantu menstabilkan harga di dalam negeri dan dengan demikian juga membantu mengendalikan inflasi," ujar dia melalui siaran pers, Jumat, 28 Oktober 2022.
Hasran menambahkan peningkatan harga beras telah terjadi sejak Juli 2022 dan terlihat dari kontribusinya pada tingkat inflasi pangan dalam negeri. Dari penelitian CIPS, lanjutnya, harga beras di Indonesia masih lebih tinggi dari di harga beras internasional, termasuk di negara-negara produsen dan eksportir beras utama di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand dan Vietnam.
Pemerintah, menurutnya, bisa merelaksasi kuota impor beras jika harga mulai sulit dikendalikan dan menutup kembali keran impor tersebut ketika harga komoditas utama ini sudah kembali stabil.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan kenaikan harga beras domestik, selain karena baru memasuki masa tanam, harga di penggilingan kini juga sudah lebih tinggi dari harga penyerapan Bulog yang ditentukan pemerintah hingga badan pemerintah ini pun sulit menyerap pasokan yang ada.
Ketersediaan beras juga tidak merata dengan surplus di beberapa daerah. Sementara sejumlah daerah lainnya defisit. Kenaikan harga pupuk akibat konflik Rusia-Ukraina juga berkontribusi kepada produksi komoditas pangan di Indonesia, termasuk beras.
Baca juga: Waduh, Ini Penyulut yang Bikin Harga Beras Naik |
Rantai pasok yang panjang dan infrastruktur yang tidak memadai untuk menjangkau jarak kepulauan Indonesia yang luas turut berkontribusi dalam menyebabkan harga beras yang tinggi melalui biaya logistik yang mahal.
Hasran menyatakan, relaksasi hambatan perdagangan beras perlu dilakukan untuk memenuhi konsumsi beras nasional yang terus meningkat. Terlepas dari klaim bahwa pasokan beras Indonesia berlimpah dan dapat diakses dengan harga terjangkau, masyarakat Indonesia masih berjuang dengan harga beras yang tinggi.
"Kuota impor memang perlu diterapkan demi menjaga nilai tukar petani dan juga menjaga volatilitas harga. Namun jika harga beras di dalam negeri sudah tinggi, mengimpor beras yang lebih murah seharusnya dapat menjadi opsi dalam menstabilkan harga," kata Hasran.
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu melaporkan, produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk pada 2022 diperkirakan sekitar 32,07 juta ton, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras di 2021. Konsumsi beras penduduk diperkirakan sebesar 30.90 juta ton. Namun pasokan tidak merata sepanjang tahun.
Kendati tidak lagi mengimpor beras untuk konsumsi dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia masih mengimpor beras untuk keperluan industri. Mengutip data BPS, Indonesia mengimpor 407.741 ton beras pada 2021. Nilai ini naik dari 356.286 ton pada 2020.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News