"Prinsip-prinsip yang ada di Bali Compact ini akan menjadi legacy, dan harapan kami akan bisa mewarnai semua pelaksanaan transisi energi di negara-negara G20," jelas Yudo, dilansir dari keterangan tertulisnya, Rabu, 9 November 2022.
Yudo menuturkan bahwa bukan suatu hal yang mustahil apabila prinsip-prinsip yang ada di Bali Compact bisa dimanfaatkan oleh negara-negara di luar G20, karena Bali Compact sifatnya high level dan mendapatkan berbagai masukan dari berbagai keinginan negara-negara anggota G20 sehingga bisa dikerucutkan dan disepakati bersama.
"Banyak negara anggota G20 berpendapat ini goes beyond G20, ini bisa diterapkan di luar negara G20," sambungnya.
Baca: Wow! Ekonomi Digital RI Diramal Tembus USD77 Miliar di 2022 |
Bali Compact, papar Yudo, adalah sesuatu yang ditawarkan oleh Indonesia dalam forum transisi energi G20, dengan setiap negara anggota G20 sudah memiliki rencana dan memulai untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) masing-masing.
Sehingga muncul ide-ide yang berisikan prinsip-prinsip untuk melaksanakan dan mempercepat NZE, yang kemudian didiskusikan hingga akhirnya tercapai konsensus oleh negara anggota G20 yang kemudian dinamakan Bali Compact.
"Bali Compact berisi sembilan prinsip utama percepatan transisi energi dengan mempertimbangkan benefit kepada semua pihak dan tanpa no one left behind, semua sepakat dalam melaksanakan transisi energi tanpa ada yang tertinggal," ujar Yudo.
Dirinya menilai, ke depan nanti Bali Compact akan menjadi tonggak transisi energi dunia, dan Indonesia meninggalkan legacy yang berharga untuk mencapai NZE secara global. "Tentunya pasti Bali Compact bisa menjadi dasar untuk disempurnakan, ditambah, dan diperbaharui oleh semua negara di dunia," tutupnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News