Ia mengatakan, pemerintah perlu memberi perhatian lebih dengan menyiapkan bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat maupun petani untuk mengatasi kondisi tersebut.
"2023 tentu saja masuk pada kondisi puncak climate change, dan berbagai turbulensi ekonomi global yang harus menjadi antisipasi. Oleh karena itu bantuan-bantuan sosial tentu akan menjadi bagian-bagian yang harus diperhatikan," kata Syahrul dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR-RI, dilansir Antara, Kamis, 8 September 2022.
Baca juga: Kementan Siapkan Rp2,3 Triliun untuk Food Estate-Sentra Pangan di 2023 |
Selain itu, lanjutnya, kondisi politik dalam negeri menjelang pemilu 2024 juga harus direspons dengan mempercepat realisasi aspirasi sektor pertanian lebih awal.
Menurutnya, sektor pertanian akan bisa diandalkan kembali untuk menjadi bantalan ekonomi saat terjadi situasi kondisi ekonomi global yang tidak menentu seperti halnya pada krisis akibat pandemi covid-19.
"Saya kira bantalan utama menghadapi turbulensi kondisi global maupun nasional adalah pertanian. Makan harus tersedia, dan tentu saja bantuan-bantuan sosial akan menjadi bagian-bagian yang penting," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjabarkan beberapa target produksi beberapa komoditas utama pertanian untuk 2023, seperti padi sebesar 54,5 juta ton, jagung 23,05 juta ton, kedelai 590 ribu ton, cabai 2,93 juta ton, bawang merah 1,71 juta ton, tebu 37,15 juta ton, dan daging sapi kerbau 465 ribu ton.
Kementerian Pertanian mendapatkan tambahan alokasi anggaran sebesar Rp1,7 triliun pada 2023 menjadi Rp15,4 triliun.
Tambahan anggaran itu akan digunakan untuk penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak senilai Rp1,25 triliun dan untuk pengembangan produksi kedelai nasional sebesar Rp450 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News