Ilustrasi kereta cepat. Foto: KCIC.
Ilustrasi kereta cepat. Foto: KCIC.

Luhut Pastikan Tak Ada Jebakan Utang di Proyek Kereta Cepat

Annisa ayu artanti • 25 Mei 2022 16:40
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjamin tidak ada jebakan utang atau hidden debt dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang digarap oleh kontraktor Tiongkok.
 
Dia menjelaskan semua pinjaman yang ada dalam pengerjaan proyek tersebut digunakan untuk keperluan produktif dan utang itu dilakukan secara business to business, tidak berhubungan dengan pemerintah.
 
"Ada yang bilang hidden debt. Itu yang bilang hidden debt saya text, kau datang kemari tunjukin hidden debt-nya di mana. Wong saya yang menangani kok. Hidden debt kalau dibilang G to G, ini tidak ada. Itu B to B," kata Luhut dalam sebuah seminar yang diunggah dalam akun YouTube, Rabu, 25 Mei 2022.

Namun demikian, Luhut mengakui adanya pembengkakan anggaran pada mega proyek tersebut, tapi itu tak menjadi soal. Begitu juga pengerjaan proyek yang tidak sesuai target sehingga agak molor.
 
"Bahwa ada overrun cost, ya it happens, tapi enggak perlu cari salah siapa tapi sudah selesai. Tertunda berapa bulan pembangunnya kereta api cepat Jakarta Bandung, itu akan dimulai dan make test November tahun ini," ujarnya.
 
Sebelumnya, proyek yang ditangani oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memang disinggung beberapa pengamat. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, terjadi pembengkakan biaya pada konstruksi yang semula ditetapkan sebesar USD6 miliar menjadi USD8 miliar.
 
"Dengan total anggaran Rp114,2 triliun maka sampai 30 tahun pun beban utang masih ditanggung pemerintah," katanya.
 
Menurut dia, meskipun konsorsium yang menerbitkan utang dengan jaminan pemerintah sekalipun akan terdapat risiko kontinjensi, yaitu risiko yang muncul ketika BUMN mengalami tekanan dan berakibat pada neraca anggaran pemerintah.
 
"Risiko jebakan utang atau debt trap pun berisiko akan muncul pada saat cash flow BUMN terganggu akibat beban utang yang tinggi sehingga meminta bailout dari APBN," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan