Menurut data Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), investasi di sektor baja tercatat mencapai USD12 miliar pada 2021. Bahkan investasi sektor ini diperkirakan naik menjadi USD15,2 miliar atau Rp215 triliun tahun ini.
Ekonom Universitas Muhammadiyah Bengkulu Surya Vandiantara mengatakan, data positif investasi sektor baja ini menunjukan keberhasilan kebijakan pengendalian impor dengan substitusi impor terukur oleh pemerintah.
"Kinerja investasi di sektor logam dan baja sangat menjanjikan. Investasi sektor baja didorong oleh demand baja nasional dan ekspor yang terus meningkat terutama di sektor baja hilir," kata dia, dalam keterangan resminya, Jumat, 4 Februari 2022.
Dari data, ia menambahkan, investasi di sektor baja terus tumbuh setiap tahunnya, di mana pada 2020 sebesar Rp94,85 triliun dan 2021 mencapai di atas Rp114 triliun. Hal ini memberikan konsekuensi pemenuhan bahan baku.
"Untuk menjaga iklim investasi bahan baku ini harus dipenuhi dengan impor. Pertumbuhan investasi di sektor baja sama sekali tidak terpengaruh dengan narasi banjir impor baja yang sering muncul," ungkapnya.
Pemerhati perumahan Universitas Indonesia (UI) Cindar Hari Prabowo sebelumnya menyampaikan baja impor seperti slab, billet, dan iron ore mengalami peningkatan dari 2019 sebesar 4,7 juta ton menjadi 5,22 juta ton di tahun lalu tanpa pengendalian pemerintah.
"Artinya investasi yang ada di sektor hulu baja karbon saat ini bahan bakunya juga dipenuhi dari impor bukan mengolah dari dalam negeri karena hambatan teknis dan ekonomis," ungkapnya.
Sementara impor baja yang dilakukan pengendalian pemerintah (dengan lartas) pada 2019 sebesar 7,89 juta ton atau turun 19 persen menjadi 6,35 juta ton. Meskipun industri baja dikategorikan sebagai import processing industry.
Surya menambahkan, persoalan kemajuan di hilir baja lebih cepat dibanding dengan kemampuan suplai dari hulu baja. Kondisi ini tentunya menjadi perhatian bersama guna mendukung investasi di industri baja nasional.
"Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional memang harus dijaga suplai bahan baku baja ini. Selama sektor baja ini masih surplus yang berasal dari baja stainless steel dalam neraca pembayaran masih baik meskipun industri hulu baja carbon masih terseok-seok," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News