Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Foto : MI.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Foto : MI.

Erick Thohir Modernisasi Sistem Logistik

Arif Wicaksono • 05 Januari 2022 18:33
Jakarta: Menteri BUMN Erick Thohir menjawab instruksi Presiden RI Joko Widodo tentang Domestic Market Obligation (DMO) batu bara. Pemerintah melalui Kementerian ESDM melarang sementara ekspor batu bara mulai 1 Januari hingga 31 Januari 2022. Erick Thohir pun mendukung kebijakan tersebut dengan memperbaiki sistem logistik dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri sebelum melakukan ekspor.
 
"Sistem logistik dan infrastruktur juga akan makin dimodernisasi sehingga kapasitas Indonesia sebagai negara penghasil sumber daya alam tidak akan mengalami ketidakpastian kebutuhan energi demi menunjang kelancaran pembangunan," jelas Erick dalam keterangan resminya, Rabu, 5 Januari 2022.
 
Bersamaan dengan itu, Erick juga telah menyiapkan peta jalan transisi energi, ekonomi hijau dan energi baru terbarukan (EBT) untuk menggantikan bahan bakar fosil. Hal ini dilakukan agar kebutuhan energi indonesia tak bergantung ke bahan bakar fosil.

"Sesuai arahan Presiden yang telah menekankan komitmen bersama jajaran Kabinet Indonesia Maju untuk menggantikan batu bara dengan energi baru terbarukan, maka kami juga telah menyiapkan road map pengembangan ekonomi hijau dan transisi energi serta renewable energy, sehingga kita segera memiliki energi baru terbarukan," ujar Erick.
 
Selama memimpin Kementerian BUMN, Erick telah mendorong 41 BUMN dan anak usahanya memiliki peta jalan masing-masing untuk mendukung ekonomi hijau. Tidak terkecuali PLN, Pertamina dan Perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA).
 
Di 2021, PLN telah meningkatkan 13 Pembangkit Listrik Air dan Minihidro (PLTM) dengan kapasitas total 71,9 MW. Kapasitas tersebut ditargetkan menjadi 490 MW. Begitu juga dengan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 195 MW. PLN menargetkan membangun pembangkit EBT berkapasitas total 1,19 gigawatt (GW) di 2022.
 
Sementara itu, Pertamina membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diproyeksikan bisa menghemat Rp4 miliar setahun. Perusahan migas tersebut telah memulai menjajaki bahan bakar EBT dengan pengalokasian belanja modal yang mencapai sekitar USD8,3 miliar atau sembilan persen dari total belanja perusahaan USD92 miliar.
 
Pertamina juga mengembangkan teknologi carbon capture and utilization and storage (CCUS) dengan menggandeng ExxonMobil.
 
"Kementerian BUMN telah tugaskan perusahaan BUMN di klaster energi dan minerba, seperti PLN, Pertamina, MIND ID (holding BUMN tambang), Bukit Asam, untuk terus berinvestasi demi energi masa depan," jelas Erick.

Tekan penggunaan bahan baku fosil

Di bidang pertambangan, Perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) juga melakukan reformasi konsumsi energi dengan menekan penggunaan bahan bakar fosil menjadi elektrik sehingga dapat mengurangi karbon secara signifikan dalam pengoperasian lahan tambang. Peralihan bahan bakar itu diyakini dapat menghemat konsumsi BBM hingga 1,2 juta liter per tahun atau setara dengan Rp10,78 miliar per tahun.
 
Paralel dengan hal itu, PTBA juga tengah menjajaki penggunaan teknologi CCUS, sebuah teknologi yang dapat menangkap dan menyimpan karbon.
 
Belum lama ini, induk Holding Perkebunan Nusantara, yakni PT Perkebunan Nusantara III (Persero) / PTPN juga melakukan transformasi menuju revolusi energi. Transformasi dilakukan melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dan Biomassa.
 
"Komitmen perusahaan dalam menekan emisi karbon diperlihatkan dengan implementasi dekarbonisasi melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dan Biomassa dengan total kapasitas sebesar 321 MW. Sekaligus dalam rangka pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)," tutup Erick.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan