Presiden Joko Widodo - - Foto: dok Setpres
Presiden Joko Widodo - - Foto: dok Setpres

Perbaiki Neraca Pembayaran, Jokowi Dorong Penggunaan Mobil Listrik

Antara • 20 November 2021 18:30
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong penggunaan mobil listrik dan kompor listrik demi mengurangi kebutuhan minyak dan gas (migas). Kendaraan listrik akan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia yang selama puluhan tahun terkendala tingginya impor minyak.
 
"Kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga diganti listrik semuanya, karena di PLN oversupply (kelebihan pasokan) artinya supply dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina jadi turun," kata Presiden Jokowi, Sabtu, 20 November 2021.
 
Jokowi menjelaskan dengan mengoptimalkan penggunaan listrik dari PT PLN (Persero), maka masalah pasokan listrik berlebih dapat diatasi, sekaligus dapat menurunkan impor minyak oleh PT Pertamina (Persero). Jika impor minyak berhasil dikurangi, akan berdampak positif kepada neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.

"Goal (tujuan) besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita yang sudah berpuluh tahun kita tidak bisa selesaikan, karena problemnya impor minyak kita terlalu besar sekali," jelasnya.
 
Di sisi lain, turunnya impor minyak juga akan membuat Pertamina mengurangi kebutuhan dolar AS di pasar keuangan sehingga akan memperkuat nilai tukar rupiah. Hal ini turut berimbas pada fundamentak ekonomi Indonesia yang lebih berdaya tahan dan berdaya saing.
 
"(Memengaruhi) yang namanya kurs dolar kita karena setiap bulan Pertamina harus menyediakan pembelian dolar AS di pasar dalam jumlah yang tidak kecil, besar sekali," tambah dia.
 
Presiden Jokowi juga meminta PLN untuk menyiapkan transisi energi dari sumber daya fosil ke sumber daya yang ramah lingkungan (ekonomi hijau). Ia menegaskan transisi energi fosil ke energi hijau merupakan keharusan yang harus dilakukan seluruh pihak, termasuk BUMN sektor energi seperti PLN dan Pertamina.

 
"Ini bisa segera dilakukan, ada target misalnya 2022 karena (2021) tinggal sebulan. Misalnya (2022) 5.000 megawatt harus geser dari coal (batu bara) ke bisa hydropower, bisa geothermal, bisa ke solar panel, silakan, tapi memang harus sudah ada tahapan tahapan seperti itu," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan