Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) ini menawarkan sebanyak-banyaknya 28 persen dari modal yang ditempatkan perseroan atau 23,49 miliar saham kepada publik. Adapun Mitratel telah menetapkan harga penawaran IPO Rp800 per saham dan berharap mendapatkan dana publik sebesar Rp18,79 triliun.
Harga tersebut ditetapkan setelah penawaran awal (book building) yang dilakukan pada 26 Oktober hingga 4 November 2021. Mitratel menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, HSBC, JPMorgan, PT Mandiri Sekuritas, dan Morgan Stanley sebagai joint bookrunners dan joint global coordinators.
BRI Danareksa Sekuritas bersama Mandiri Sekuritas juga bertindak sebagai joint lead managing underwriters dan domestic underwriters. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengungkapkan penawaran saham perdana atau Mitratel sebagai IPO terbesar anak perusahaan BUMN dalam dua dekade terakhir.
Tiko, sapaan Kartika, menyampaikan apresiasi kepada Mitratel yang telah sukses menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia yang memiliki lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi.
Menurut dia, IPO Mitratel merupakan langkah yang tepat dalam penataan portfolio demi penciptaan value creation yang optimal khususnya di bisnis infrastruktur telekomunikasi, selain itu menciptakan BUMN yang berdaya saing.
Adapun untuk memperkuat posisi perusahaan ini, Telkom telah melakukan penyertaan modal berupa aset (inbreng) 798 menara telekomunikasi. Setelah transaksi pengalihan aset 798 menara ini, Mitratel memiliki lebih dari 24 ribu menara telekomunikasi.
Prospektus
Terkait prospektus perusahaan yang dikutip dari website Mitratel menunjukkan, periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2021 tercatat sebesar Rp3.226,8 miliar. Angka tersebut tumbuh 10,9 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp2.908,5 miliar.Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan penyewa menara telekomunikasi dari 24.631 penyewa per 30 Juni 2020 menjadi 36.507 penyewa per 30 Juni 2021.
Terkait aset pada 30 Juni 2021 mencapai Rp32.255,4 miliar atau meningkat 27,6 persen dibandingkan dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp25.285,2 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan aset tidak lancar sebesar Rp6.251,7 miliar dan peningkatan aset lancar sebesar Rp718,5 miliar.
Jumlah aset lancar pada 30 Juni 2021 mencapai Rp3.612,3 miliar, atau meningkat 24,8 persen dibandingkan dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp2.893,8 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas sebesar Rp909,0 miliar yang berasal dari penerimaan pendapatan dibayar dimuka dari PT Telekomunikasi Selular.
Hal itu berkaitan dengan penyewaan menara telekomunikasi perseroan pada semester pertama 2021 yang juga berasal dari penambahan penyewa menara telekomunikasi dari transaksi akuisisi 4.139 menara telekomunikasi PT Telekomunikasi Selular pada 2021.
Sementara jumlah aset tidak lancar pada 30 Juni 2021 mencapai Rp28.643,1 miliar atau meningkat 27,9 persen dibandingkan dengan 31 Desember 2020 sebesar Rp22.391,4 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan peningkatan aset tetap –neto sebesar Rp5.466,2 miliar sebagai dampak dari akuisisi menara telekomunikasi sejumlah 4.139 menara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News