Sebab, tren penurunan permintaan minyak yang cukup tajam akan terjadi di masa depan. Permintaan dan konsumsi minyak akan menurun dari 110 juta barel per hari menjadi sekitar 65 hingga 73 barel per hari.
"Dengan dasar ini Pertamina melakukan transisi dengan perubahan global. Kami lihat bagaimana international oil company lain juga merespons ini," kata Direktur Pertamina Nicke Widyawati dalam Media Group News (MGN) Summit: Indonesia 2021 yang digelar virtual, Kamis, 28 Januari 2021.
Nicke menjelaskan tren energi baru terbarukan ke depan adalah kelistrikan. Oleh karena itu, Pertamina juga akan menjadikan elektrifikasi sebagai agenda utama yang akan dibangun ke depan.
Menurutnya, dengan kondisi geografis Indonesia, tantangan ke depan adalah bagaimana menyambungkan network untuk interkoneksi baterai.
Adapun sebagai perusahaan pelat merah, Pertamina akan menetapkan proyeksi pengembangan energi baru terbarukan berdasarkan supply dan demand serta kebijakan pemerintah.
"Kita mengambil green transition di RJPP (Rancangan Jangka Panjang Perusahaan) Pertamina bahwa akan ada penurunan dari oil yang akan terjadi di 2035 dari sekarang 36 persen jadi 24 persen," ujarnya.
Atas dasar itu, Pertamina akan mengubah sistem yang ada di kilang menjadi green refinery dan mengoptimalisasi existing kilang untuk memproduksi petrochemical.
Selain itu, Pertamina juga akan menggenjot lagi potensi geotermal yang baru tergarap tujuh persen, mengoptimalisasi pengembangan biofuel dan EV Battery, serta gasifikasi.
"Ada potensi (geotermal) besar Pertamina di atas 1 GW dalam lima tahun ke depan, biofuel dan EV charging dan juga gasifikasi, gas adalah energi transisi, kita juga masuk circle carbon economy," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News