Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani
Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani

Utilisasi Produksi Industri Keramik Naik 65%

Husen Miftahudin • 06 Desember 2020 16:58
Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat utilisasi produksi nasional dari sektor industri keramik melonjak hingga 65 persen pada November 2020. Jumlah ini mengalami kenaikan signifikan dari jumlah sebelumnya yang hanya sekitar 45 persen.
 
"Diharapkan utilisasi produksinya akan terus meningkat sampai dengan akhir 2020 sebesar 70 persen dari sebelumnya yang hanya berkisar 45 persen sampai 50 persen karena pandemi covid-19," kata Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Minggu, 6 Desember 2020.
 
Adie menegaskan bahwa Kemenperin terus memacu produktivitas dan daya saing industri keramik di Tanah Air. Sebab, sektor ini mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di dalam negeri seiring dengan ketersediaan sumber daya alam yang dijadikan bahan baku, tersebar di sejumlah daerah.

"Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik kita telah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun demikian, kami juga mendorong pemanfaatan teknologi guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif," tuturnya.
 
Adie menyebutkan, sejumlah kebijakan strategis yang telah dijalankan pemerintah dalam rangka mendongkrak daya saing industri keramik nasional terhadap ancaman produk impor, antara lain pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengaman (BMTP) terhadap impor produk ubin keramik. Selain itu, pemberlakuan harga gas bumi untuk sektor industri sebesar USD6 per MMBTU.
 
"Upaya pemerintah yang telah dilakukan tersebut, sangat mendongkrak pemulihan kinerja industri keramik nasional dan dirasakan juga manfaatnya dengan adanya peningkatan permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor," jelas dia.
 
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam optimistis pada kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan industri di tengah masa pandemi saat ini. "Kami mengapresiasi kepada sektor industri manufaktur dalam negeri, termasuk industri keramik yang telah menunjukkan keuletan dan mampu memanfaatkan peluang rebound dengan dukungan pemerintah," ucapnya.
 
Khayam menegaskan, pihaknya akan terus berupaya melaksanakan langkah-langkah kebijakan strategis yang merupakan program kementerian, di antaranya melalui program substitusi impor 35 persen pada 2022 untuk mendukung pemulihan industri nasional, serta mewujudkan sektor industri yang maju dan berdaya saing.
 
Sementara itu, Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mengemukakan pemulihan industri keramik di tanah air terlihat dari hasil kinerja ekspornya. Sepanjang Januari-September 2020, pengapalan produk keramik nasional mencapai USD49,8 juta atau meningkat 24 persen, dan secara volume menembus angka 12,8 juta meter persegi atau melonjak 29 persen.
 
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan kinerja ekspor selama sembilan bulan di tahun ini merupakan yang tertinggi sejak 2016. Peningkatan nilai ekspor tersebut karena membaik dan meningkatnya daya saing industri keramik dengan harga gas baru dan mulai dibukanya lockdown di negara-negara tujuan ekspor.
 
"Permintaan ekspor ke Amerika Serikat meningkat tajam untuk produk-produk keramik segmen premium, di mana beberapa anggota Asaki telah mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih saat ini untuk memproduksi keramik big slab (ukuran jumbo) beserta produk-produk olahan lainnya yang memberikan nilai tambah," pungkas Edy.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan