"Alasannya, 65 persen responden menyebut menggunakan MRT lebih efektif dan efisien," ungkap Dirut MRT Jakarta William Sabandar dalam Forum Jurnalis yang digelar secara virtual, Kamis, 11 Juni 2020.
Menurut William, survei ini diikuti 706 responden dengan margin error 3,5 persen. Sementara itu, responden lainnya (17 persen) akan menggunakan MRT jika seluruh kebijakan kembali normal, delapan persen hanya saat ada keperluan, enam persen jika protokol kesehatan dijalankan, dan sisanya empat persen dengan beragam alasan.
Mayoritas warga (98 persen) juga berjanji akan menggunakan MRT apabila jam operasional kembali normal. Jumlah responden yang sama juga beranggapan, merasa aman naik MRT.
Dengan demikian, secara umum tingkat kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap MRT masih tinggi. "Sebanyak 70 persen warga juga merasa aman dan 28 persen merasa sangat aman menggunakan MRT," ungkap William.
Menurut William, tingginya tingkat kepuasan warga dalam memanfaatkan MRT tak lain berkat kesungguhan pihaknya menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang. Hal tersebut berlanjut di masa PSBB transisi. MRT misalnya mewajibkan penumpang memakai masker setiap saat sejak mereka memasuki pintu stasiun.
"Kami juga mewajibkan penumpang berdiri pada garis pembatas antrean saat mengantre. Selain itu, semua penumpang juga wajib menerapkan physical distancing selama berada di area MRT," jelas William.
Untuk alasan keamanan dan kenyamanan penumpang pula, MRT melakukan pembatasan transaksi tiket. Karena itu, untuk sementara semua loket ditutup dan calon penumpang diminta memanfaatkan kartu elektronik bank.
"Sebagai gantinya, calon penumpang didorong untuk membeli kartu multitrip di mesin tiket otomatis dan melakukan pembayaran tiket menggunakan QR Code," tambah William.
Selain itu, masih ada sejumlah protokol lain yang harus dipatuhi penumpang. Misalnya, dilarang duduk di kursi peron yang memiliki tanda silang, wajib mengantre di peron pada marka yang tersedia, dilarang duduk di kursi Ratangga yang memiliki tanda silang, serta wajib berdiri di stiker titik berdiri penumpang selama berdiri dalam Ratangga.
Selain itu, pihak MRT juga menyediakan fasilitas untuk salat. "Namun penumpang wajib untuk membawa perlengkapan salat pribadi dan mengikuti titik shaf apabila menggunakan musala," kata William.
Protokol serupa juga berlaku saat penumpang memanfaatkan toilet. Mereka wajib menjaga jarak dengan pengguna lain dalam menggunakan toilet dan menjaga kebersihan toilet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News