Ilustrasi rupiah. Foto :MI/Atet.
Ilustrasi rupiah. Foto :MI/Atet.

BI: Rupiah Kuat Meski Dibayangi Harga Minyak dan Konflik Geopolitik

Husen Miftahudin • 22 April 2020 21:58
Jakarta: Bank Indonesia (BI) meyakini secara fundamental nilai tukar rupiah akan bergerak menguat dan stabil ke arah Rp15 ribu per USD di akhir 2020 ini. Meskipun secara teknis pergerakan mata uang Garuda itu dibayangi jatuhnya harga minyak dunia hingga konflik geopolitik suatu negara.
 
"Kami yakini secara tren dan fundamental nilai tukar rupiah itu undervalue, dan Insyaallah nilai tukar rupiah akan bergerak menguat mengarah ke Rp15 ribu per USD di akhir 2020," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu, 22 April 2020.
 
Perry menegaskan mata uang Garuda yang saat ini masih undervalue ditunjukkan dengan terkendalinya tingkat inflasi, rendahnya defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD), serta ditempuhnya berbagai langkah dan kebijakan dalam penanganan penyebaran virus korona (covid-19) di Indonesia.

Terkait inflasi, dia optimistis berada dalam tingkat sasaran kisaran tiga persen plus minus satu persen hingga akhir tahun ini. Sementara CAD pada kuartal I-2020 ini diproyeksi akan lebih rendah dari 1,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), sehingga secara keseluruhan 2020 Bank Indonesia memegang keyakinan bisa lebih rendah dari dua persen terhadap PDB.
 
"Di kuartal satu perkiraan kami CAD di bawah 1,5 persen PDB, secara keseluruhan Insyaallah akan di bawah dua persen PDB. Ini menunjukkan secara fundamental membawa penguatan nilai tukar rupiah," ungkap dia.
 
Secara teknis yang diukur dalam jangka pendek, pergerakan nilai tukar rupiah mengikuti perkembangan global dan domestik dari hari ke hari. Rupiah bisa bergerak ke arah positif maupun negatif mengikuti dinamika dan perkembangan faktor domestik serta global.
 
Beberapa hari lalu, rupiah mengalami pelemahan imbas faktor negatif seperti jatuhnya harga minyak dunia, masih terjadinya perselisihan antara Arab Saudi dengan Rusia, hingga masalah geopolitik Korea Utara.
 
Namun hari ini rupiah menguat akibat faktor positif, seperti pembukaan masa karantina wilayah atau lockdown di sejumlah kota di Amerika Serikat. Dari dalam negeri, penguatan rupiah didorong semakin banyaknya wilayah di Indonesia yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
 
"Dengan penerapan PSBB itu tentu saja akan mulai bisa mengatasi covid-19 dari segi kesehatan. Faktor lainnya terkait dengan tingkat kenaikan kasus positif covid-19 di Indonesia yang mulai stabil," tutur Perry.
 
Selain rupiah, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini ternyata tidak selalu mengikuti perkembangan saham di luar negeri. Dalam dua hari terakhir misalnya, harga saham di Amerika Serikat mengalami penurunan. Sementara IHSG naik 68 poin ke level 4.570.
 
"Ini menunjukkan juga bahwa para investor domestik melihat berbagai perkembangan positif sehingga apa yang terjadi di global itu tidak selalu diikuti dengan dalam negeri," tutup Perry.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan