PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan Mitsubishi Corporation sepakat mengembangkan bisnis Green Hydrogen dan Green Ammonia Value Chain. Dok. Istimewa
PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan Mitsubishi Corporation sepakat mengembangkan bisnis Green Hydrogen dan Green Ammonia Value Chain. Dok. Istimewa

Pupuk Indonesia Optimistis Terhadap Pengembangan Green Hydrogen

Achmad Zulfikar Fazli • 04 Maret 2022 15:44
Jakarta: PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan Mitsubishi Corporation sepakat mengembangkan bisnis Green Hydrogen dan Green Ammonia Value Chain, serta Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Kesepakatan ini sejalan dengan target pemerintah menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030.
 
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman, mengatakan menyambut baik kesepakatan pihaknya dengan Pertamina dan Mitsubishi. Hal ini sejalan dengan target pemerintah meningkatkan akses green energy dan mencapai target net zero emission.
 
Bakir menyampaikan pihaknya melakukan sejumlah inisiatif untuk mendukung program pemerintah itu. Di antaranya, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai salah satu sumber energi untuk pabrik di Pupuk Kujang dan Petrokimia Gresik.

“Kami di industri pupuk sangat optimis terhadap pengembangan green hydrogen, green ammonia, maupun blue ammonia," kata Bakir dalam keterangan tertulis, Jumat, 4 Maret 2022.
 
Menurut dia, pengangkutan hydrogen mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat mahal. Untuk mendapatkan biaya pengangkutan yang ekonomis, lanjut dia, alternatifnya ialah mengangkut hydrogen dalam bentuk ammonia.
 
"Pupuk Indonesia sangat berpengalaman dalam mengoperasikan pabrik ammonia dan hal ini merupakan satu advantage. Kami berharap Pupuk Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan dan pembangunan pabrik  green ammonia dan blue ammonia yang akan dikembangkan di Indonesia," ujar Bakir.
 
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan kerja sama antara Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Mitsubishi merupakan langkah awal bagi kolaborasi ke depannya. Kerja sama ini merupakan bagian dari misi Green Industry Cluster yang disepakati dan diresmikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Pertamina, dan Pupuk Indonesia sebelumnya.
 
“Kami sangat berkomitmen untuk memastikan Indonesia bisa mengurangi emisi gas rumah kaca berdasarkan National Determined Contribution (NDC) hingga 29 persen pada 2030, tetapi kami tidak bisa melakukannya sendirian. Kami tahu bahwa untuk mewujudkannya, kuncinya adalah partnership," ujar Pahala.
 
Baca: PLN-Pertamina-Pupuk Indonesia Siap Gotong Royong Kembangkan Green Industry Cluster
 
Pahala menekankan pada Presidensi G20 yang berlangsung Oktober 2022,  pemerintah dan BUMN ingin menunjukan kepada dunia tentang keberhasilan transisi energi yang tengah digarap. Salah satunya dengan melakukan pensiun dini (early retirement) PLTU batu bara. 
 
Namun, menurut dia, itu semua dapat terwujud dengan kolaborasi dan sinergi yang kuat antara negara dan swasta. 
 
“Kita juga ingin menunjukan bahwa upaya transisi energi dapat dilakukan bukan hanya melalui pensiun dini PLTU namun juga dengan cara mengurangi utilisasinya melalui kegiatan cofiring dengan ammonia dan biomassa serta bagaimana pemanfaatan teknologi seperti carbon capture,” ucap dia.
 
Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Iman Rachman berharap ke depan segera terwujud bentuk kerja sama strategis untuk jangka pendek maupun jangka panjang dan akan mendukung pencapaian target-target nasional secara masif. 
 
“Langkah awal untuk mewujudkan pengembangan Blue/Green Hydrogen dan Blue/Green Ammonia di Indonesia tentunya juga akan menjadi milestone penting untuk membentuk ekosistem industri hijau yang lebih luas lagi di Indonesia,” ujar Iman. 
 
Menurut Iman, sejalan dengan program dekarbonisasi pemerintah, Pertamina bekerja sama untuk mengembangkan Blue atau Green Hydrogen, Blue atau Green Ammonia, dan CCUS, dengan difasilitasi produksi milik Pupuk Indonesia dan co-combustion ammonia di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
 
Green Hydrogen dari pembangkit EBT akan dimanfaatkan untuk memproduksi Green Ammonia. Sedangkan Blue Hydrogen dari pembangkit low carbon dengan carbon emission treatment facility akan dimanfaatkan untuk memproduksi green ammonia, yang dapat dimanfaatkan untuk co-combustion ammonia PLTU batu bara.
 
Pertamina, terang Iman, akan mendukung dan mendorong kolaborasi dengan Subholding Power dan New Renewable Energy (NRE) sebagai motor transisi energi Pertamina. SH Power dan NRE bersama partner telah mengidentifikasi potensi EBT lebih dari 10 GW yang dapat digunakan untuk Green Hydrogen di seluruh Indonesia.
 
“Semoga semangat, kerja keras dan komitmen yang telah dilakukan tidak berhenti di sini, namun pencapaian ini merupakan awal dari perjalanan untuk membawa perubahan global ke arah yang lebih baik,” ujar Iman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan