Menteri Pertanian periode 2000-2004 pada Kabinet Gotong Royong Profesor Bungaran Saragih (Foto:MI/Permana)
Menteri Pertanian periode 2000-2004 pada Kabinet Gotong Royong Profesor Bungaran Saragih (Foto:MI/Permana)

Eks Mentan Bungaran Saragih Apresiasi Pertanian Tumbuh di Tengah Pandemi

M Studio • 09 November 2020 00:17
Jakarta: Menteri Pertanian periode 2000-2004 pada Kabinet Gotong Royong Profesor Bungaran Saragih mengapresiasi kinerja sektor pertanian yang tumbuh positif pada kuartal III 2020, hingga mencapai 2,15 persen (y-on-y). 
 
Menurut Bungaran, capaian tersebut tidak mudah karena diraih pada saat situasi ekonomi makro tumbuh negatif.
 
"Menurut saya, angka 2,15 persen itu sangat menggembirakan karena sekarang kita berada pada situasi pertumbuhan makro ekonomi yang negatif. Hasil tersebut merupakan performance yang luar biasa. Dan buat saya, capaian ini menunjukkan kita tidak perlu khawatir dengan ketahanan pangan kita," ujar Prof Bungaran, dikutip siaran pers, Senin, 9 November 2020.

Bungaran mengatakan, rangkaian kemajuan sektor pertanian tersebut bisa dilihat berdasarkan data BPS saat merilis pertumbuhan pertanian pada kuartal 1. Kemudian, terjadi peningkatan hebat pada kuartal 2, lalu bergerak positif pada kuartal 3. 
 
Lebih dari itu, sektor pertanian juga mencatatkan satu-satunya sektor yang tumbuh positif untuk Produk Domestik Bruto (PDB)  dihitung secara tahunan (y-on-y).
 
Seperti diketahui, berdasarkan data BPS, sektor pertanian berkontribusi besar terhadap PDB, yaitu kuartal II 2020 tumbuh hingga mencapai 2,19 persen, dan kuartal III masih tumbuh 2,15 persen.  Adapun kontribusi PDB pada kuartal III 2020 mencapai 14,58 persen.
 
"Kalau dalam pembangunan pertanian kita harus melihat dari angka PDB. Jadi, kalau PDB pertanian meningkat 1 persen per tahun, itu adalah kinerja yang cukup baik. Kemudian, kalau naiknya dari 1 hingga 2 persen itu sangat baik sekali. Apalagi, saya tahu menumbuhkan PDB itu bukan pekerjaan mudah," katanya.
 
Selanjutnya, yang menjadi perhatian Prof Bungaran adalah perlunya optimalisasi produksi pertanian dari tataran hilir. Bungaran mengatakan, optimalisasi ini merupakan produksi pasca panen atau off fam.
 
"Maksud saya, performance pertanian itu tidak bisa dilihat dari segi on farm-nya saja. Tapi sebenarnya di off farm juga harus terus bertumbuh. Menurut saya, kalau tidak ada agro industri, maka pertanian kita akan menurun. Hanya saja kalau kita lihat PDB kita saat ini, bisa dipastikan on farm dan off farm berjalan baik. Itulah mengapa ekonomi kita saat ini selamat jika dibandingkan negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, atau Korea sekali pun. Kenapa? karena kita punya sistem agribisnis yang kuat," katanya.
 
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatanya menyampaikan bahwa saat ini Kementan tengah mendorong berbagai perusahaan swasta untuk bersama-sama membangun pertanian Indonesia yang lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern.
 
Sebagai komitmen jangka panjang, Kementan menghadirkan program hilirisasi melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks) sebagai pendobrak kerja luar biasa dalam peningkatan ekspor Indonesia selama empat tahun ke depan. Program ini juga biasa disebut sebagai gerakan pemersatu kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu hingga hilir.
 
"Saya menitipkan pesan kepada eksportir agar kalian membuka lapangan pekerjaan secara luas. Kami butuh tangan eksportir agar rakyat kita banyak yang bekerja. Caranya, tingkatkan ekspor menjadi tiga kali lipat," ucap Mentan  Syahrul.
 
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020, mengalami surplus sebesar USD1,27 miliar. Surplus ini terjadi karena nilai ekspor lebih besar daripada impor. Adapun nilai ekspor secara keseluruhan pada Juni 2020 mencapai USD12,03 miliar. Sementara, impor Juni 2020 sebesar USD10,76 miliar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan