Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan besaran surat utang tersebut terdiri dari USD1 miliar untuk tenor lima tahun dengan kupon atau bunga 1,4 persen, serta USD900 juta untuk tenor 10 tahun dengan kupon 2,3 persen.
"Jadi Rabu lalu kita issued USD1,9 miliar. Dua-duanya inside the curve," kata Emma dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2021.
Emma mengatakan penetapan harga (pricing) dan waktu penerbitan terbilang bagus lantaran dilakukan ketika yield mulai merangkak naik. Adapun pemilihan tenor yang pendek ini akan membantu perseroan dalam mengurangi beban keuangan dari sisi bunga. Sebab semakin panjang tenor yang diambil, semakin tinggi bunga yang harus dibayarkan.
Pembiayaan tersebut nantinya akan digunakan untuk memenuhi belanja modal (capital expenditure/capex) atau investasi perseroan.
"Kenapa kami pilih yang shorter tenornya, ini juga untuk lowering cost the date kita, jadi kemarin-kemarin tenornya panjang-panjang, dengan tenor panjang tentunya kupon juga akan semakin (besar)," ujar Emma.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan perseroan mengalokasikan investasi sebesar USD10,7 miliar untuk 2021. Besaran tersebut meningkat dua kali lipat dibanding 2020.
Nicke mengatakan porsi terbesar untuk investasi ini akan diguyurkan untuk sektor atau bisnis hulu. Alasannya demi peningkatan cadangan dan produksi minyak dan gas (migas) perseroan.
Selain itu, alokasi investasi tersebut juga untuk membangun kilang BBM, pabrik petrokimia serta infrastruktur midstream serta downstream gas. Setidaknya ada empat proyek pengembangan kilang (refinery development master plan/RDMP) dan satu proyek kilang baru (grass root refinery/GRR) yang sedang digarap perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id