"Tren permintaan buah dan sayur di Jepang alami peningkatan dan lebih spesifik permintaan dalam bentuk frozen," kata Konsul Jenderal KJRI Osaka Mirza Nurhidayat dalam sebuah webinar bertajuk 'Japan-Indonesia market accses workshop horticulture', Selasa, 21 Juli 2020.
Menurutnya produktivitas pertanian hortikultura di Jepang semakin turun lantaran jumlah petani yang minim. Apalagi para petani di Jepang kebanyakan berusia tua.
"Semakin langka produk buah dan sayur produksi dalam negeri (Jepang) karena semakin sedikit petani di Jepang dan sedikit kaum muda yang berminat menggeluti bidang hortikultura, satu sisi ini menumbuhkan peluang," papar Mirza.
Ia menambahkan infrastruktur pertanian di Jepang terkendala lahan untuk melakukan produksi massal terutama buah dan sayuran. Kemudian, daya saing produk hortikultura Jepang juga terkendala ongkos pekerja lokal yang cukup mahal.
"Infrastruktur pertanian, tenaga kerja itu sangat mahal, ini ada peluang apakah itu mengisi market atau tenaga kerja," ucapnya.
Beberapa tahun terakhir, kata Mirza, Jepang mengisi kekosongan produksi hortikultura dengan melakukan impor. Negeri sakura pada 2019 berada di urutan ke tujuh negara tertinggi yang mengimpor sayuran dan posisi 13 importir buah dunia.
"Pertumbuhan impor hortikultura lima tahun belakangan ini sebesar 4,8 persen dan 1,6 persen per tahun. Catatan kami impor produk sayuran kuartal I-2020 Jepang mencapai USD576 juta, produk sayuran diimpor dalam bentuk slice frozen," paparnya.
Sejauh ini, 57,3 persen impor produk hortikultura Jepang berasal dari Tiongkok, delapan persen dari Amerika Serikat, dan 4,7 persen dari Korea Selatan. Sementara hortikultura dari Indonesia ke Jepang masih berada di urutan ke-13 atau pangsa pasar 0,9 persen.
"Kita masih punya peluang besar meningkatkan market akses produk hortikultura di pasar Jepang. Ini perlu kerja keras dan kita perlu kuasai karakteristik masyarakat Jepang dan perubahan akibat pandemi covid-19," tuturnya.
Mirza meyakini, produk hortikultura Indonesia punya daya saing dengan produk serupa dari Tiongkok untuk mengisi pasar Jepang. Lahan pertanian di Tanah Air sangat menjanjikan untuk bisa digarap dengan investasi dan teknologi yang mumpuni dari Jepang.
"Covid-19 membuat importir Jepang mencari negara lain yang akan dijadikan alternatif supplier untuk menjaga pasokan mata rantai yang sustainable. Lahan Indonesia subur dan barangkali dari sini bisa menarik kerja sama pengolahan produk hortikultura. Jepang punya teknologi pertanian dan Jepang-Indonesia merupakan pasar yang besar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id