Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk (GTSI) Tammy Meidharma. Foto Istimewa.
Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk (GTSI) Tammy Meidharma. Foto Istimewa.

Industri Gas Alam Cair RI Menjanjikan, Gak Terpengaruh Pasokan dari Rusia!

Husen Miftahudin • 13 Mei 2023 08:23
Jakarta: Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk (GTSI) Tammy Meidharma mengakui, sejak 2021, pasar gas alam cair global telah mengetat dan konsumsi gas global diperkirakan akan menurun sebesar 0,8 persen di 2022 sebagai dampak dari kontraksi sebesar 10 persen di Eropa dan tidak adanya perubahan dalam permintaan di daerah Asia Pasifik.
 
"Konsumsi gas secara global diprediksi hanya akan bertumbuh sebesar 0,4 persen di 2023, tetapi prospek ini juga akan terpengaruh oleh berbagai ketidakpastian," ungkap Tammy dalam Media Gathering di Jakarta, dikutip dari keterangan resminya, Sabtu, 13 Mei 2023.
 
Meski demikian, lanjutnya, industri gas alam cair di Indonesia pada tahun ini diperkirakan masih akan lebih stabil dan tidak terlalu terpengaruh dengan pasokan dari Rusia. Gas bumi saat ini juga telah menjadi andalan proses transisi dari energi kotor ke energi bersih. Sehingga, produk gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) di Indonesia juga diperkirakan akan terus meningkat.

Bahkan, Satuan Kerja khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan  produksi LNG di 2023 sebesar 204 kargo, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi LNG di 2022 yang hanya mencapai 196 kargo.
 
Selain itu, proyeksi pasar LNG Indonesia masih didominasi dengan rencana proyek regasifikasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dalam KepMen ESDM 249/2022 tentang penunjukan PLN dalam melakukan migrasi dari bahan bakar minyak ke bahan bakar LNG. Hal ini  mencakup energi transisi dan energi bersih untuk beberapa pembangkit listrik di Indonesia.
 
"Dengan meningkatnya permintaan terhadap ketersediaan clean energy baik secara domestik maupun internasional, perseroan yang bergerak dalam industri kapal pengangkutan dan infrastruktur LNG, siap melayani dengan terus menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan secara lingkungan hidup," tegas Tammy.
 
Baca juga: Indonesia Komitmen Tularkan Semangat Transisi Energi ke ASEAN
 

Kinerja keuangan perseroan


Di 2022, GTSI berhasil mencetak kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Secara pendapatan, per 31 Desember 2022, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD41,22 juta, lebih tinggi 34,03 persen dibandingkan 2021 sebesar USD30,75 juta.
 
Selain itu, laba bersih perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 143,03 persen, dari rugi sebesar USD11,91 juta menjadi mencetak laba bersih sebesar USD5,12 juta.
 
Per segmen usaha, pendapatan perseroan juga mulai membaik di 2022 yang mengindikasikan langkah strategis yang telah dirumuskan dan diimplementasikan Direksi sejak awal 2022 telah membuahkan hasil yang diharapkan.
 
Direktur GTSI Dandun Widodo menyampaikan, perseroan juga tetap berada dalam posisi keuangan yang aman, dengan total aset sebesar USD123,80 juta di 2022. Hal ini didukung dengan ekuitas perseroan yang juga menguat di 2022 menjadi USD56,96 juta, meningkat sebesar 18,55 persen dari USD48,04 juta di akhir 2021.
 
"Arus kas perseroan juga menguat di 2022, dengan kas dan setara kas di awal 2022 sebesar USD13,52 juta menjadi USD20,36 juta di akhir tahun buku 2022," urainya.
 
Profitabilitas perseroan juga berhasil naik secara signifikan dengan net profit margin di 2021 sebesar minus 39 persen, di akhir 2022 tercatat mengalami perbaikan hingga 12 persen. Likuiditas perseroan juga masih tetap terjaga di 2022 dengan rasio lancar sebesar 117,89 persen dan rasio liabilitas terhadap ekuitas sebesar 117,34 persen.
 
Sementara itu, aset perseroan mengalami penurunan sebesar 3,79 persen di 2022 menjadi USD123,80 juta yang utamanya disebabkan oleh penurunan akun aset tidak lancar yang memiliki porsi dominan
terhadap komposisi aset perseroan. Aset tidak lancar 2022 menurun 23,60 persen dari tahun sebelumnya, disebabkan reklasifikasi akun aset hak guna-neto.
 
Nilai liabilitas di 2022 mengalami penurunan sebesar 17,11 persen menjadi USD66,83 juta yang utamanya disebabkan oleh penurunan akun liabilitas jangka panjang yang memiliki porsi dominan terhadap komposisi liabilitas perseroan.
 
"Liabilitas jangka panjang 2022 turun 47,82 persen, utamanya karena pada 31 Desember 2022, perseroan mengklasifikasikan seluruh liabilitas sewa kapal menjadi liabilitas tersedia untuk dijual," tutup Dandun.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan