"Sektor energi itu bisa menurunkan tiga per empat atau 450 juta ton ekuivalen CO2. Biaya untuk menurunkan itu Rp3.500 triliun," ujar Sri Mulyani dalam webinar Pertamina: Energizing Your Future, Selasa, 7 Desember 2021.
Menurutnya, sektor energi memakan biaya yang fantastis dalam operasionalnya. Namun, sektor ini memiliki peranan vital dalam menurunkan emisi karbon.
Berikut kebutuhan dana penurunan emisi karbon di sektor energi:
- Transisi menuju energi hijau akan membuat sejumlah pembangkit listrik dengan sumber energi batu bara berhenti beroperasi, sehingga terdapat biaya untuk penghentiannya.
- Biaya untuk membangun pembangkit listrik baru dengan sumber energi terbarukan
Karena itu, ia juga mendorong sektor Forestry and other Land Uses (FoLU) atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan lantaran mampu menurunkan lebih dari 700 juta ton ekuivalen karbondioksida (CO2). Dengan potensi yang begitu besar, sektor ini hanya memakan biaya Rp90 triliun dibandingkan sektor energi.
"Sektor ini paling penting dan paling besar kontribusinya, serta biayanya relatif murah," terang Sri Mulyani.
Adapun pemerintah menetapkan target Nationally Determined Contribution (NDC) penurunan emisi karbon hingga 29 persen dengan kebutuhan pembiayaan mencapai USD365 miliar pada 2030. Sedangkan 41 persen pendanaan menggunakan bantuan internasional.
"APBN tidak akan cukup untuk mencapai target net zero emission, oleh karena itu investasi dari sektor swasta, baik dari dalam maupun luar negeri akan sangat penting," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News