"Kontribusi Pertamina hari ini 40 persen, tahun depan 60 persen," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam Outlook Perekonomian Indonesia, Selasa, 22 Desember 2020.
Untuk mencapai target tersebut, kata Nicke, Pertamina akan masuk ke pengembangan bisnis dan produk-produk baru demi mengisi gap antara kebutuhan dan ketersediaan energi di Tanah Air.
Demi memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, Indonesia masih harus impor dalam bentuk minyak mentah, BBM dan LPG. Impor migas ini yang membuat defisit di sektor perdagangan dan neraca berjalan.
"Tantangannya kita harus menurunkan impor minyak maupun LPG yang menimbulkan defisit," terang Nicke.
Ia menambahkan sesuai dengan roadmap energi nasional yang disusun pemerintah, pengembangan energi baru terbarukan (EBT) menjadi jalan untuk mengisi gap kebutuhan tersebut. Termasuk untuk mengembangkan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Di sisi lain, kata Nicke, untuk mengganti impor LPG, Indonesia akan mensubtitusinya melalui dimethyl ether (DME) atau gasifikasi batu bara. Menurut Nicke, Indonesia memiliki pasokan batu bara yang melimpah yang selama ini banyak diekspor.
Adapun investasi Pertamina ke depannya akan disesuaikan dengan roadmap energi nasional. Meski saat ini 60 persen investasi perseroan diperuntukkan di kegiatan hulu migas.
"Pertamina akan masuk ke perkembangan bisnis dan produk-produk baru untuk mengisi gap sehingga bisa menurunkan impor migas yang selama ini terjadi," jelas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News