"Mudah-mudahan 30 persen daripada mobil kita sebelum 2030 sudah mendapatkan bahan dari baterai lithium. Jadi kita mengimpor lebih sedikit migas, dan mudah-mudahan ini memperbaiki neraca perdagangan, dan juga neraca keuangan kita, defisit transaksi berjalan kita," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat, 29 Januari 2021.
Ia mengungkapkan reformasi penggunaan kendaraan listrik dapat mengurangi jumlah impor migas Indonesia, yang kerap kali menjadi penyebab utama defisit neraca dagang Indonesia.
"Memang penyebabnya di situ akan menjadi langganan biasa. Yaitu terjadi defisit, itu karena kita mengimpor minyak dan gas, dan barang-barangnya. Nah ini kita bisa bereskan di dalam reformasi di energi kita juga," terang dia.
Dalam lima tahun terakhir impor migas Indonesia masih cukup tinggi yaitu rata-rata diatas USD20 miliar. Pada 2015 nilai impor migas sebesar USD24,61 miliar, pada 2016 sebesar Rp18,73 miliar. Lalu pada 2017 sebesar USD24,31 miliar, pada 2018 mencapai USD29,86 miliar, dan 2019 mencapai USD21,88 miliar.
Namun pada periode 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD21,74 miliar sepanjang 2020. Suplus terjadi karena nilai ekspor dan impor di tahun pandemi terkoreksi cukup dalam. Namun bila ditelisik, meskipun mengalami penurunan nilai impor migas tercatat di level USD14,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id