Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky tidak heran jika inflasi Februari 2021 masih di bawah kisaran target Bank Indonesia (BI) yaitu sebesar 1,38 persen (yoy), turun dari 1,55 persen (yoy) pada Januari 2021. Ini merupakan inflasi umum tahunan terendah dalam tujuh bulan terakhir atau sejak Agustus 2020.
"Kami mempertahankan pandangan kami dari bulan lalu. Kami tidak melihat adanya kenaikan tajam pada inflasi dalam waktu dekat karena daya beli yang menurun," ungkap Riefky dalam rilis Analisis Makroekonomi Edisi Maret 2021, Rabu, 17 Maret 2021.
Secara bulanan, inflasi umum turun dari 0,26 persen (mtm) pada bulan pertama 2021 menjadi 0,10 persen (mtm) pada Februari 2021. Penurunan inflasi umum disebabkan oleh kombinasi dari inflasi inti yang terkendali dan deflasi barang bergejolak yang mengimbangi inflasi harga yang diatur pemerintah.
Sementara, inflasi inti tercatat 0,11 persen (mtm) pada Februari 2021, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,14 persen(mtm). Selain permintaan yang masih lemah, penurunan harga emas sebesar 6,71 persen pada Februari 2021 merupakan penyebab penurunan inflasi inti.
Adapun harga emas telah turun sepanjang tahun 2021 setelah melonjak pada 2020 karena penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS, serta kepercayaan yang meningkat seiring dengan peluncuran berbagai macam vaksin.
Di sisi lain, barang bergejolak tercatat deflasi sebesar 0,01 persen (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan Januari sebesar 1,15 persen (mtm). Deflasi ini disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti cabai, tomat, telur, dan daging ayam.
Untuk harga kelompok barang yang diatur pemerintah, inflasi pada Februari 2021 tercatat 0,21 persen (mtm), naik lebih tinggi dari deflasi sebelumnya sebesar 0,19 persen (mtm).
"Hal ini disebabkan tarif maskapai mulai kembali ke level normal setelah akhir tahun dan pemerintah menyesuaikan tarif untuk beberapa ruas jalan tol," pungkas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News