Sagu menjadi salah satu komoditas tanaman pangan lokal yang bisa mengatasi krisis pangan global. Foto: dok MI/Amirudin.
Sagu menjadi salah satu komoditas tanaman pangan lokal yang bisa mengatasi krisis pangan global. Foto: dok MI/Amirudin.

Indonesia Bisa Selamat dari Ketergantungan Impor, Ini Resepnya

Ade Hapsari Lestarini • 11 Agustus 2022 11:06
Jakarta: Isu krisis pangan global yang semakin menguat justru menjadi pendorong bagi pemerintah, untuk menggenjot produktivitas tanaman pangan lokal dalam menekan ketergantungan impor. Impor gandum, misalnya, sempat terkendala karena perang Rusia-Ukraina.
 
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengakui kondisi global saat ini tidak biasa-biasa saja. Namun, kata dia, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi peningkatan produktivitas pertanian Indonesia karena didukung oleh sistem produksi yang terjaga baik.
 
"Sehingga (pertanian) memiliki kontribusi positif di saat sulit. PDB pertanian malah tumbuh. Ekspor naik berlipat-lipat, 38 persen. Naik tinggi. sistem produksi terjaga baik," kata Suwandi dalam sebuah diskusi daring, dikutip Kamis, 11 Agustus 2022.

Data ekspor Badan Pusat Statistik (BPS) per April 2022, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2022 mencapai USD93,47 miliar atau naik 38,68 persen dibanding periode yang sama di 2021. Sektor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang kenaikan 11,94 persen untuk periode yang sama.

2 langkah hadapi ancaman krisis pangan dunia

Ada dua langkah yang dilakukan Kementan untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia, yaitu memantapkan kapasitas produksi dari tanaman pangan lokal yang sudah ada, seperti padi dan jagung. Juga melakukan diversifikasi produksi dan konsumsi tanaman pangan lokal.
 
"Jepang, Korea itu kuat karena cinta produksinya. Jangan membeli produk orang lain. Belilah produk-produk petani kita," katanya. 
 
Ia menjelaskan, ada beragam tanaman pangan lokal yang berpotensi menjadi pengganti gandum, seperti singkong, sorgum, sagu, ubi jalar, talas, dan lainnya. Yang tengah digencarkan Kementan saat ini adalah perluasan produksi sorgum.
 
Baca juga: Airlangga: Stabilisasi Harga hingga Perlinsos Jadi Langkah Hadapi Krisis Pangan

Karena sorgum mudah dibudidayakan pada lahan yang tidak subur, bahkan tandus. Sorgum juga masih satu kerabat dengan gandum dalam penamaan ilmiah. "Kelebihan sorgum adalah sekali tanam bisa dikepras dua kali. Artinya, setahun bisa tiga kali panen dengan sekali masa tanam," katanya.
 
Penyuluh Pertanian Lapang Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Esti Fauziah menambahkan, sorgum tidak memerlukan persiapan banyak sebelum ditanam. "Bahkan di tanah berbatu saja sorgum bisa tumbuh dengan baik. Tidak seperti tanaman padi yang memerlukan air banyak, memerlukan olah tanah,” kata dia dalam diskusi itu.
 
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sebaran lahan tanaman sorgum banyak berada di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat dengan produktivitas berkisar 3-4 ton per hektare. Sementara di Jawa Tengah dan Jawa Timur produktivitasnya 4-5 ton per hektare. Total luas lahan sorgum di seluruh wilayah mencapai sekitar 15 ribu hektare.
 
Sementara Pelaksana Tugas Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, Isfahari menilai, semua tanaman pangan lokal Indonesia memiliki potensi untuk memperkuat ketahanan pangan dalam negeri. Juga mampu menurunkan ketergantungan terhadap impor gandum.
 
"Bayangkan kalau kita bisa menyubstitusi 10 sampai 30 persen terigu yang ada," kata dia dalam diskusi daring terpisah.
 
Impor gandum Indonesia mencapai sekitar 11 juta ton per tahun. Kendati diakui Risfaheri, tepung sorgum atau tepung pangan lokal lain belum memiliki sifat mengembang layaknya terigu dari gandum. Namun, kata dia, hal tersebut bisa disiasati dengan teknologi pangan.
 
"Barangkali para peneliti bisa merekayasa komoditas pangan kita yang tidak punya sifat mengembang bisa disisipkan mungkin seperti zat adiktif yang bisa membuat mengembang," katanya.
 
Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi gandum dan mulai beralih ke tanaman pangan lokal, seperti singkong, sorgum, dan sagu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan