Restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika. Foto: Dokumen Freeport
Restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika. Foto: Dokumen Freeport

Freeport Sulap Mangrove di Muara Sungai Ajkwa ke Kondisi Semula

Annisa ayu artanti • 12 Agustus 2024 10:47
Jakarta: PT Freeport Indonesia (PTFI) berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di muara Sungai Ajkwa, Mimika melalui program "Estuary Structure".
 
Upaya yang dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten Mimika, kalangan akademisi dan masyarakat Kamoro dikupas tuntas dalam talkshow Festival LIKE 2 (Lingkungan, Iklim, Kehutanan, dan Energi Terbarukan) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu.
 
“Program Estuary Structure merupakan komitmen Freeport Indonesia dalam restorasi lingkungan. Dengan melibatkan masyarakat Kamoro, Pemda Mimika, hingga kalangan Akademisi dari Universitas Papua, Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Institut Sains dan Teknologi Jakarta, kami berupaya mempercepat restorasi ekosistem mangrove di Muara Sungai Ajkwa,” kata General Superintendent Reklamasi & Project, Environmental Division PT Freeport Indonesia Roberth Sarwom dikutip Minggu, 11 Agustus 2024.
 
Roberth mengatakan PTFI membangun Estuary Structure di muara Sungai Ajkwa untuk menangkap sedimentasi dari tailing atau pasir sisa tambang untuk dibentuk menjadi daratan yang ditanami kembali dengan mangrove.
 
Baca juga: Smelter Freeport Gresik Bakal Produksi 100% di Akhir 2024
 
PTFI berkomitmen melakukan revegetasi lahan terbentuk seluas 500 hektare per tahun. Hingga saat ini dari 2005 PTFI telah mejalankan revegetasi seluas 953.59 hektare dan akan terus bertambah.
 
Estuary Structure melibatkan 24 kelompok masyarakat dari Suku Kamoro yang mendiami area dataran rendah Kabupaten Mimika. Pada akhir 2022 hingga 2023 PTFI mempekerjakan 300 karyawan asli Suku Kamoro.
 
Roberth menjelaskan metode yang digunakan pada Estuary Structure adalah Struktur Geotab dan Struktur Bambu. Struktur Geotab merupakan metode dengan cara memasukan tailing atau sedimen ke dalam wadah berbahan geomembran berukuran besar. Sedimen akan terendap dan tertinggal, sementara air sisa tailing dapat mengalir keluar melalui pori-pori wadah tersebut.
 
"Geotube kemudian dibentangkan sepanjang garis pantai yang berfungsi untuk menangkap dan menahan sedimen membentuk daratan stabil," kata Roberth.
 
Sedangkan Struktur Bambu merupakan metode menangkap dan menahan sedimen menggunakan bambu yang disusun membentuk huruf “E” atau “T” sehingga sering disebut dengan E-Groin atau T-Groin.
 
Bambu ditanam 200 cm ke dalam tanah dengan formasi berjejer seperti dua lapis deretan pagar.
Di antara dua lapis tersebut diisi ranting pohon (debris) guna menahan endapan tailing. Hal ini akan menghasilkan endapan permanen yang akan membentuk daratan stabil.
 
"Kami berharap Program Estuary Structure ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan menciptakan domino efek yang positif, di mana restorasi ekosistem mangrove tidak hanya memulihkan fungsi lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat," kata Roberth.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan