Jakarta: Tren bisnis hamper belakangan ini mengalahkan bisnis parsel. Banyak penjual beralih menjual bingkisan dengan model hamper ketimbang parsel.
Parsel dan hamper adalah sesuatu yang berbeda meskipun di Indonesia keduanya dipakai untuk menyebut bingkisan yang ditujukan kepada seseroang.
Parsel merupakan kata serapan dari parcel yang memiliki arti a thing wrapped in paper in order to be carried or sent by mail, yang artinya sesuatu yang dibungkus kertas dan dikirim menggunakan pos. Bisa dibilang, parsel merupakan paket yang bisa dikirim.
Namun seiring berjalannya waktu, makna parsel berubah menjadi sebutan untuk suatu objek yang dikirimkan ke orang lain atau buah tangan. Parsel biasanya hangat diperbincangkan ketika momen Lebaran, Natal, tahun baru, dan hari perayaan lain. Saat itu banyak masyarakat berkirim bingkisan atau parsel.
Namun berdasarkan data lima tahun terakhir yang dipaparkan @ismailfahmi dalam kultwit-nya, tren parsel mulai bergeser dan berganti hamper. Data pencarian Google menunjukkan pada akhir-akhir ini kata hamper menjadi tren pencarian.
Sejak 20 Mei atau mendekati hari raya Idulfitri 2020 lalu kata hamper pun banyak dicari di mesin pencari Google.
Jadi apa sebenarnya hamper? Dalam bahasa Inggris, hamper merupakan sebutan untuk keranjang anyaman yang bisa ditaruh barang atau makanan. Sementara di Amerika Utara hamper digunakan untuk sebutan keranjang peralatan rumah tangga.
Di Indonesia, istilah hamper semakin luas yakni sebutan untuk barang pemberian seseroang yang dibungkus dalam wadah seperti keranjang, ember, dan kotak. Biasanya hamper dirias menjadi lebih cantik dan elegan ketimbang parsel sehingga dicari oleh masyarakat.
Alhasil, penjualan hamper pun mengalahkan penjualan parsel yang sempat menjadi primadona beberapa tahun lalu.
Inci, pedagang hamper di Kota Gorontalo contohnya ia berhasil meraup omzet Rp38 juta dengan berjualan hamper disaat Ramadan lalu. Ia memilih berjualan hamper karena mengikuti tren masyarakat.
Menurutnya, parcel biasa diisi dengan makanan ringan buatan pabrik, sedangkan hamper biasa diisi dengan makanan buatan rumahan atau UMKM. Ia menjual hamper beragam mulai dari kue kering, makanan rumahan, dan kopi.
"Parsel enggak jualan, soalnya kayaknya parcel too old. Kalau isinya snack kurang diminati, apalagi sekarang orang lebih aware kesehatan," katanya kepada Medcom.id. Rabu, 3 Juni 2020.
Menurutnya, bisnis hamper menjanjikan apalagi di tengah wabah virus korona (covid-19) yang membuat sosialisasi terbatas. Bertukar bingkisan menjadi ajang silaturahmi.
Senada dangen Inci, Lisbet penjual makanan rumahan @foodbyreni juga mengatakan hal yang sama. Saat ini bisnis hamper lebih menjanjikan dari pada parsel.
Tak hanya menjual kue kering, ia juga menjual makanan jadi seperti sambal, rendang, dan dimsum untuk menjadi isian hamper. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau dari sekiitar Rp130 ribu sampai Rp350 ribu.
"Karena melihat peluangnya. Orang kan bnayak yang enggak bisa mudik, terus banyak yang kirim hampers. dan ternyata lumayan peminatnya banyak," ucap Lisbet.
Untuk seorang pemula yang berjualan hamper hanya via media sosial Instagram, ia mengakui penghasilan bersih dari berjualan hamper di lebaran tahun ini sudah mencapai Rp7 juta. Ia mengatakan akan meneruskan bisnis hampers ini untuk seterusnya, khususnya momen natal dan tahun baru.
"Bisnis ini sangat menjanjikan. Natalan dan tahun baru akan kita buka lagi dan kita akan lebih cepat tentunya," tukas Lisbet.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id