KCJB yang didesain dengan kecepatan 350 kilometer (km) per jam akan menyambungkan Ibu Kota Indonesia Jakarta dengan Bandung berjarak 142 km. Waktu tempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung yang biasanya memerlukan waktu tiga jam lebih, diperkirakan akan menjadi lebih singkat, yaitu hanya sekitar 40 menit.
baca juga: Menhub Pastikan Kesiapan Kereta Cepat Jelang Gelaran KTT G20 |
Oleh karena itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, sangat berharap dalam proyek pembangunan KCJB tersebut terjadi transfer teknologi dari Tiongkok kepada Indonesia, baik selama pembangunan maupun ketika kereta cepat tersebut beroperasi.
"Saya meminta ilmuwan-ilmuwan Indonesia ada dalam pembangunan Kereta Cepat, sehingga pengetahuan yang baik ini bisa bermanfaat bagi dunia konstruksi, perguruan tinggi dan operator kereta api Indonesia," ujar Budi Karya Sumadi dikutip dari Antara, Selasa, 11 Oktober 2022.
Proyek KCJB ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional seperti tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
Progres pembangunan KCJB yang dimulai 2016 sejauh ini telah mencapai 86 persen. Progres tersebut akan terus meningkat seiring dengan kedatangan rangkaian atau trainset kereta cepat ke Indonesia.
Teknologi infrastruktur
Direktur Utama PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, mengatakan sejak awal pembangunan, proyek KCJB membawa banyak teknologi dan metode baru di bidang konstruksi. Dengan demikian, proses ini memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi perencana pembangunan maupun pelaksana untuk perancangan metode kerja di proyek di Indonesia selanjutnyaPada tahap konstruksi infrastruktur terkait pembuatan komponen girder, proyek kereta cepat menghadirkan banyak fasilitas teknologi canggih antara lain laboratorium, mixing station, pusat informasi, area produksi, bahkan fasilitas pendukung produksi seperti perkantoran dan hunian pekerja.
Hal tersebut merupakan salah satu transfer teknologi dan pengetahuan yang terjadi dari Tiongkok ke Indonesia melalui proyek KCJB dalam penerapan metode Cast in Situ untuk full span girder.
Meski metode Cast in Situ adalah metode yang telah kerap diterapkan di Indonesia, namun Cast in Situ girder full span sekaligus seperti yang diterapkan di Proyek KCJB ini adalah yang pertama di Indonesia.
Dalam praktiknya, Wijaya Karya (WIKA) selaku kontraktor lokal dalam konsorsium kontraktor KCJB melakukan pengembangan dari pengalaman pada proyek-proyek sebelumnya, serta menyerap teknologi dan metode konstruksi dari Casting Yard 1 DK28 Sinohydro.
Berbekal pengalaman dan serapan pengetahuan dari kontraktor Tiongkok, Wijaya Karya melakukan pengembangan metode Cast in Situ untuk dapat dilaksanakan secara full span dan sekaligus.
Selain itu, alih pengetahuan juga terjadi pada proses Girder Erection dari masing-masing Casting Yard yang merupakan tempat pembuatan girder box precast. Meski serah terima teknologi tidak secara langsung, namun melalui pelibatan tenaga kerja lokal secara langsung, metode perencanaan dan kerja dari Proyek KCJB yang inovatif pun dapat dipelajari.
Metode kerja inovatif pada proses Girder Erection di Proyek KCJB ini memberikan percontohan bagaimana pembangunan infrastruktur publik di jalur sibuk tetap dapat berjalan tanpa menghambat aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Terowongan cepat
Selain proses produksi komponen girder, transfer teknologi lainnya dari Tiongkok kepada Indonesia yang terjadi dalam proyek KCJB adalah pengerjaan terowongan kereta cepat, khususnya konstruksi terowongan Tunnel 2.Sebagaimana diketahui, titik konstruksi Tunnel 2 merupakan salah satu titik konstruksi dengan tantangan geografis yang tinggi dalam proyek KCJB karena lokasinya berada di area.
Area clay shale merupakan jenis tanah dengan karakteristik yang mudah lapuk apabila terekspos saat penggalian berlangsung. Mengingat kondisi tanah yang memiliki potensi menimbulkan pergerakan konstruksi timbunan maupun konstruksi jalan yang terdapat di atasnya, sehingga proses pembangunan tunnel harus dilakukan dengan berhati-hati dan seksama.
Dalam penanganan Tunnel 2 terjadi transfer teknologi antara tenaga ahli tunnel dan grouting dari Tiongkok dengan tenaga ahli lokal dalam hal ini dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Mengingat seluruh tenaga ahli baik dari Tiongkok ataupun Indonesia berkolaborasi untuk menangani tantangan geografis di Tunnel 2.
Grouting adalah suatu proses penyuntikan cairan dengan tekanan tertentu ke dalam rongga, rekahan atau retakan batuan maupun tanah, yang dalam waktu tertentu cairan tersebut menjadi padat. Berkat kolaborasi yang terjadi, tantangan geografis di Tunnel 2 bisa diatasi. Tunnel 2 pun ini akan menjadi terowongan pertama di Indonesia yang berhasil dibangun di area clay shale.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News