Menurut AEAI, langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi polusi di Jakarta dan mempercepat transisi ke energi baru terbarukan (EBT).
Ketua Dewan Pembina AEAI Feiral Rizky Batubara menegaskan, energi angin memiliki peran krusial dalam mencapai target bauran energi terbarukan nasional.
"Kami di AEAI berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan porsi energi terbarukan hingga mencapai 30 persen pada tahun 2050. Energi angin, dengan potensi besarnya, akan menjadi bagian integral dari upaya ini," ujar Feiral dikutip dari pernyataan tertulis, Kamis, 15 Agustus 2024.
Penutupan PLTU Suralaya akan mengurangi salah satu sumber polusi terbesar di Jakarta, sekaligus memperkuat komitmen Indonesia dalam memerangi perubahan iklim.
Baca juga: Skema Power Wheeling pada RUU EBET Dinilai Tidak Relevan, Ini Alasannya |
Siap bantu pemerintah kembangkan energi angin
Feiral menegaskan, AEAI siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam pengembangan energi angin, serta berkontribusi dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"AEAI akan terus memberikan masukan dan bekerja sama dengan pemerintah untuk mendorong pengembangan industri energi angin di Indonesia, serta membangun kemitraan dengan berbagai lembaga, baik di dalam maupun luar negeri," tambah Feiral.
Diketahui, Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI) adalah organisasi yang berfokus pada promosi dan pengembangan penggunaan energi angin di Indonesia.
Sejak didirikan pada 2014, AEAI telah menjadi pilar utama dalam mendorong kebijakan yang mendukung pertumbuhan energi terbarukan, khususnya energi angin, untuk mencapai masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News