Dalam pidato utama pembuka, Hermawan Sutanto, Managing Director Vidio, membagikan wawasan mendalam tentang bagaimana platform streaming lokal ini berhasil membangun kekuatannya. Vidio berfokus pada hak siar olahraga dan konten orisinal, mengadopsi strategi pendapatan ganda dari iklan dan langganan.
Sutanto menegaskan bahwa di Indonesia, "eksekusi adalah segalanya," sambil menyoroti pendekatan agresif Vidio dalam memerangi pembajakan.
Ia juga menguraikan pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) di tiga area utama: penargetan pengguna yang sangat spesifik (hypertargeting) untuk rekomendasi yang mendorong langganan, otomatisasi proses termasuk layanan pelanggan, dan inovasi bisnis seperti penempatan iklan dinamis dalam siaran langsung olahraga serta terjemahan bahasa lokal untuk dialek regional. Ke depan, Sutanto memproyeksikan bahwa penetrasi streaming OTT di Indonesia dapat berlipat ganda hingga 15% dalam lima tahun mendatang.
Sesi "Menciptakan Kembali untuk Masa Depan yang Dinamis" (Reinventing for a Dynamic Future) menampilkan Jane Jimenez-Basas, Presiden & CEO MediaQuest Holdings dan Cignal TV. Basas menyoroti ekosistem media unik Filipina dan visinya untuk membangun platform yang berpusat pada konten, terintegrasi dengan layanan telekomunikasi.
Meskipun TV linear masih mempertahankan posisinya, momentum pertumbuhan nyata datang dari streaming. Dengan ARPU (pendapatan rata-rata per pengguna) yang lebih rendah, kemitraan strategis—seperti distribusi perangkat dan peluncuran aplikasi—menjadi sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
"Saya mencoba membangun ekosistem yang berfokus pada konten, bukan bisnis saluran," kata Jimenez-Basas. Mengingat kesuksesan Cignal dalam drama mikro, terutama di kalangan audiens yang lebih muda, Jimenez-Basas juga mengungkapkan ambisi mereka untuk memproduksi drama mikro yang dihasilkan AI di masa depan.
Perlawanan terhadap pembajakan menjadi tema sentral sepanjang summit. Gina Golda Pangaila, SVP, Legal, Anti-Piracy & Government Relation, Vidio, menekankan perlunya pendekatan berlapis dan menyeluruh oleh industri. Ini mencakup langkah-langkah pertahanan seperti DRM (Manajemen Hak Digital) dan perlindungan konten, dikombinasikan dengan strategi ofensif yang meningkatkan pengalaman konsumen dan investasi dalam teknologi anti-pembajakan. Ia juga menyoroti peran krusial AVIA dan AVISI dalam melobi pemerintah untuk mendukung upaya ini.
Darmawan Zaini, Chief Technology Officer, Vision+, menyerukan edukasi konsumen yang lebih kuat, terutama di kalangan audiens yang lebih muda, dan bahkan menyarankan untuk menjajaki sanksi bagi mereka yang mengonsumsi konten bajakan.
Ian Franklyn, Chief Revenue Officer, MainStreaming, menggemakan urgensi tersebut, menekankan pentingnya deteksi real-time dan respons cepat, terutama untuk konten siaran langsung di mana pembajak paling banyak mendapat keuntungan dan pemilik konten menghadapi kerugian terbesar.
"Pembajakan bukan lagi gangguan—ini adalah kejahatan terorganisir... Tujuannya adalah untuk mengembalikan kekuatan kepada pemilik konten," kata Franklyn.
Mengenai masa depan video satelit, para pemimpin teknologi dari AsiaSat, MEASAT, dan INTEGRASYS menegaskan kembali relevansi dan efektivitas biaya satelit dalam menjangkau pasar pedesaan dan yang kurang terlayani, serta memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan digital di seluruh geografi kepulauan Asia Tenggara.
Sesi yang berfokus pada strategi monetisasi mengakui bahwa meskipun adopsi Connected TV (CTV) di Asia Tenggara menghadapi tantangan infrastruktur dan akuisisi konten, lintasan pertumbuhannya meningkat pesat. Tushar Tyagi, Head of Channel Partnerships, Samsung Ads, mencatat bahwa kawasan ini siap untuk melompati tahapan perkembangan tradisional dan bergerak langsung menuju hasil yang cerdas dan berbasis data. Ini menjadikan edukasi, standardisasi, dan kemampuan penargetan berbasis AI penting untuk membuka potensi monetisasi penuh CTV.
Sesi tersebut juga mendalami tren co-viewing (menonton bersama) dan kekuatan periklanan kontekstual, menekankan semakin pentingnya personalisasi berbasis data, dengan inovasi dalam format iklan dan segmentasi audiens membantu mendorong keterlibatan di seluruh platform linear dan OTT.
Sachidananda Panda, President, Client, WPP Media, menyimpulkan masa depan streaming dengan "tiga I"—Intelijen (Intelligence), Integrasi (Integration), dan Dampak (Impact)—menggarisbawahi peran AI, strategi lintas-platform, dan efektivitas dalam membentuk gelombang berikutnya dari periklanan video.
Dialog CEO menutup hari itu dengan Mike Kerr, Managing Director, Asia, beIN Media Group, menekankan pentingnya akuisisi konten yang disiplin dan kemitraan strategis, terutama dalam olahraga, sambil mengingatkan agar tidak terlalu bergantung pada model periklanan tradisional. Alexandre Muller, Managing Director APAC, TV5MONDE, mencatat bahwa adopsi teknologi baru yang cepat di Asia terus menginspirasi inovasi, tetapi keberhasilan membutuhkan pemahaman lokal yang mendalam dan kolaborasi.
Dialog tersebut ditutup dengan optimisme bersama untuk masa depan kawasan ini, yang didasarkan pada kemampuan beradaptasi, inovasi, dan komitmen untuk membangun ekosistem media yang terukur dan berpusat pada konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id