Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, PTPN sebagai salah satu instrumen negara melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yang memiliki 36 pabrik gula (PG) siap memulai masa giling tebu di 2024 untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat.
"Saat ini pabrik gula SGN telah siap giling tebu petani untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi masyarakat. Kami tinggal menunggu tingkat kemasakan tebu untuk mencapai rendemen optimal," ungkap Direktur Utama SGN Aris Toharisman, dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 April 2024.
Aris menyebut, harga gula saat ini yang cenderung naik karena stok gula yang berkurang dan sebagian gula impor masih dalam proses pengadaan. Namun, ia meyakinkan stok gula akan terpenuhi ketika PG telah menggiling kembali.
"Total stok saat ini kurang lebih sebesar 144 ribu ton yang tersebar diseluruh wilayah kerja SGN. Sedangkan proyeksi produksi 2024 sebesar total 992 ribu ton gula kristal putih untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi masyarakat," jelas Aris.
Aris menambahkan, produksi gula dalam negeri tahun ini sedikit di atas tahun lalu yaitu mencapai 2,3 juta ton. Sekitar 800-an ribu ton di antaranya adalah produksi PTPN dan petani yang memasok tebu PTPN.
"Data taksasi Maret ada peningkatan dibanding 2023, yakni 12,8 juta ton dari tahun lalu yang hanya 10 juta ton tebu. Sedangkan protas juga naik menjadi 69 ton per hektare dari 58 ton per hektare pada 2023," lanjut dia.
Baca juga: Bapanas Sebut Harga Acuan Pemerintah untuk Gula Capai Rp17.500/Kg |
Peran petani tebu dalam pencapaian swasembada gula nasional
Menurutnya, peran petani tebu sangat besar dalam pencapaian swasembada gula nasional. Oleh karena itu, pihaknya memberikan perhatian khusus kepada petani mitra, termasuk penyediaan sarana produksi melalui program Makmur yang berkolaborasi dengan PT Petrokimia Gresik dan lembaga keuangan untuk memfasilitasi kebutuhan permodalan dari biaya kebun hingga proses tebang angkut.
Lebih lanjut, Aris menyampaikan bahwa PTPN Group, melalui SGN, terus berupaya meningkatkan kinerja industri gula dengan berbagai cara. Pertama, dengan memperbaiki hubungan kemitraan dengan petani tebu. Kedua, memfasilitasi petani dalam penjualan gula dengan harga yang menguntungkan dan pembayaran yang cepat. Ketiga, memfasilitasi ketersediaan pupuk melalui program Makmur yang bekerja sama dengan BUMN Pupuk dan lembaga keuangan.
"Dampak dari upaya ini terlihat dari perluasan area tebu rakyat tahun ini, yang meningkat dari sekitar 120 ribu hektare menjadi 123 ribu hektare. PTPN membantu kami dalam meningkatkan produktivitas tebu dan kesejahteraan petani. Melalui program unggulan dan pendampingan teknis, mereka membantu kami meningkatkan hasil panen dan pendapatan. Kerja sama ini sangat berarti bagi kemajuan dan kesejahteraan kami," ungkap Tuji, salah satu petani mitra.
Tuji juga berharap agar program Makmur yang semakin banyak digunakan oleh para petani tidak memiliki batasan dalam pemberian dana bantuan kepada petani.
Di sisi lain, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga melakukan penyesuaian Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp17.500 per kilogram sesuai dengan dinamika harga di lapangan, terutama untuk mengakomodasi harga jual gula dari petani.
Ketua DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardy Edy, menyambut baik berbagai kebijakan PTPN dan Pemerintah yang sangat mendukung kelancaran usaha tani tebu.
"Kami menyambut positif kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung upaya swasembada gula, baik dari PTPN maupun Pemerintah. Karena pada dasarnya, peran petani tebu tidak boleh dilupakan, dan pencapaian swasembada gula berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan para petani tebu," ujar Sunardy.
Selain upaya peningkatan kinerja industri gula, PT SGN juga telah menetapkan target untuk meningkatkan produktivitas gula hingga mencapai delapan ton per hektare. Langkah-langkah seperti penambahan pupuk di lahan tebu, perbaikan drainase, dan peningkatan kualitas pengairan menjadi fokus perusahaan untuk mencapai target ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News