“Penambahan biaya opsi skenario NZE hanya sedikit diatas biaya skenario business as usual. Namun, kenaikan kebutuhan investasi yang harus dilakukan di awal naik cukup drastis di kisaran 68-98 persen,” kata Koordinator Inisiatif Masa Depan Energi (MDE), Ping Yowargana, saat diskusi dengan beberapa tokoh inisiator MDE di Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2023.
MDE diinisiasi International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Katadata Insight Center (KIC), World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Indonesian Business Council (IBC). Tujuannya, mempopulerkan hasil analisis mendalam dari berbagai skenario transisi energi Indonesia, termasuk skenario NZE, guna menjawab tantangan mitigasi perubahan iklim yang berkeadilan.
Ping mengatakan sebagai bagian dari sektor energi, kelistrikan merupakan sasaran utama dekarbonisasi. Dia mengatakan sektor energi menyumbang 75 persen GRK secara global, dan 44 persen di skala nasional per 2020.
“Selain itu, ada tiga faktor pendukung, yang meskipun tidak mudah untuk dilaksanakan, harus dipenuhi agar mewujudkan upaya mitigasi dan adaptasi yang efektif,” ujar dia.
Pertama, perlu perencanaan dan implementasi yang optimal. Pembangunan pembangkit listrik dan penambahan infrastruktur jaringan harus sesuai dengan potensi sumber daya energi terbarukan, lokasi, dan waktu kebutuhan listrik.
Kedua, dekarbonisasi berdampak pada pergeseran struktur biaya di sektor kelistrikan. Walaupun biaya keseluruhan sektor kelistrikan naik hingga 26 persen, biaya penggunaan bahan bakar fosil sektor kelistrikan menurun hingga 80 persen sampai akhir abad ke-21 atau sekitar Rp8,9 triliun.
Dia menjekaskan penurunan biaya konsumsi ini menggambarkan lesunya sektor pertambangan. Namun, ini tak melulu kabar buruk bagi perekonomian nasional.
Pasalnya, lanjut dia, di saat yang sama, penambahan biaya pembangkitan bisa menjadi momentum membangun sektor manufaktur. Sehingga mendukung peralihan perekonomian nasional dari industri primer ke skunder.
Terakhir, pada 2050, ongkos pembangkit panel surya diproyeksikan turun drastis dari harga saat ini. Meskipun biaya pembangkitan listrik menggunakan panel surya telah turun sebanyak 85 persen dalam 10 tahun terakhir, keberlanjutan tren ini tetap merupakan asumsi yang penuh ketidakpastian dan memerlukan upaya bersama dari semua pihak agar dapat terwujud.
Analisis MDE juga menyimpulkan transisi NZE dapat dirumuskan mempersempit kesenjangan pembangunan di dalam negeri. Selain menjalankan amanat pembangunan, pendekatan tersebut akan membantu terpenuhinya prasyarat upaya adaptasi yang efektif.
Baca Juga: Pelaku Industri Didorong Majukan Sektor ESDM di Tengah Upaya Transisi Energi |
Menurut Ping, pentingnya perpaduan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim juga tercermin dari efisiensi biaya. Biaya transisi NZE menjadi lebih murah apabila dipadukan dengan pemerataan penyediaan listrik antar daerah. Artinya, upaya pemerataan pasokan listrik bersinergi dengan mitigasi perubahan iklim karena utilisasi sumber daya energi terbarukan yang tersebar merata di seluruh pelosok.
MDE menggambarkan berbagai skenario dekarbonisasi sektor kelistrikan nasional. Skenario-skenario tersebut didasari berbagai tingkatan ambisi penurunan emisi GRK. Semakin drastis penurunan emisi GRK yang ditargetkan, semakin tinggi tanggung jawab yang diemban Indonesia dalam menghadapi tantangan yang pada hakikatnya bersifat global.
“Visi nasional untuk mencapai target net zero merupakan bentuk kontribusi Indonesia dalam menanggulangi pemanasan global. Namun, transisi menuju net zero perlu memperhatikan azas keadilan. Dekarbonisasi sebaiknya tidak melukai hak rakyat untuk menggunakan energi demi meningkatkan kesejahteraan,” ujar penasihat inisiatif MDE Tri Mumpuni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News