Hal ini mencakup kerja sama investasi pengembangan industri dan kapabilitas manufaktur EBT di Indonesia dari hulu ke hilir, serta perdagangan listrik lintas batas antar kedua negara yang memungkinkan masuknya devisa ke Indonesia. Ketertarikan Singapura terhadap ekspor EBT Indonesia ini juga menjadi pendorong untuk mempercepat industrialisasi panel surya nasional.
baca juga: Cukup Pakai Aplikasi, Pemakaian PLTS Semakin Mudah |
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan pengembangan industri panel surya harus dilakukan di dalam negeri.
"Kita harus melakukannya secara end to end, kita tidak mau ekspor listrik ke Singapura saja, tapi kita sudah memproduksi panel surya, baterai dan lainnya. Dengan adanya kerja sama investasi dengan Singapura ini, maka Indonesia diharapkan mampu memproduksi solar panel dan baterai di dalam negeri." kata dia dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 19 Maret 2023.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Utomo SolaRUV melalui PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia pun melakukan penandatanganan MoU kerjasama pengembangan industrialisasi rantai pasok panel surya atau Solar PV (Photovoltaik) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) bersama dengan pengembang nasional yang tergabung dalam Konsorsium Inspira (Indonesia Solar Panel Industry & Renewable Alliance).
Kerja sama ini merupakan upaya Utomo SolaRUV sebagai local technology enabler atau pelaku usaha energi terbarukan Indonesia untuk dapat meningkatkan kapasitas industri dalam menyongsong inisiatif kedua belah negara untuk peningkatan perdagangan listrik lintas batas kedua negara yang bisa mencapai order gigawatt (GW) dalam beberapa waktu mendatang.
"Dengan adanya kerja sama antar dua negara ini kami menyambut baik agar industri modul surya dan turunannya dengan dapat berkembang dengan pelaku usaha industri nasional dapat mengambil peran," tutur Managing Director Utomo SolaRUV Anthony Utomo.
Kerja sama produsen kelas dunia
Dia menambahkan perusahaan siap mendukung kerja sama dengan produsen kelas dunia seperti antara lain Longi Solar serta Sungrow Power Supply Co. Ltd yang juga ikut dalam penandatanganan tersebut dalam mengembangkan infrastruktur dan industri Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia.Tahun lalu Longi Solar sebagai produsen tier 1 dunia mendapatkan SNI Modul Surya wajib pertama sesuai Permen ESDM No 2 Tahun 2021, dan saat ini Sungrow juga sudah berpartisipasi dalam proyek energi terbarukan nasional seperti PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mwp.
"Para produsen global ini sudah familiar dan tertarik pasar Indonesia. Untuk itulah seiring dengan penandatangan MoU ini kami mendorong agar industrialisasi rantai pasok untuk mendukung ketahanan energi nasional ini segera diakselerasi," imbuhnya.
Industrialisasi rantai pasok
Di kesempatan terpisah kerja sama industrialisasi rantai pasok ini juga diapresiasi oleh banyak pemangku kepentingan antara lain Asosiasi Produsen Listrik Swasta Nasional (APLSI) dan AESI (Asosiasi Energi Surya Indonesia).Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa menuturkan pengembangan industri PLTS terintegrasi dari hulu ke hilir sangat diperlukan bagi Indonesia untuk memenuhi lonjakan permintaan sel dan modul surya yg berkualitas tinggi untuk proyek-proyek PLTS untuk mencapai target net-zero.
Dia mengatakan kehadiran industri PLTS terintegrasi dan SPEB juga mendukung rencana ekspor listrik dari energi surya dari Indonesia ke Singapura Dengan potensi mencapai tiga GW kebutuhan listrik energi terbarukan oleh Singapura hingga 2035, adanya industri domestik memastikan Indonesia mendapatkan manfaat yang optimal.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia Arthur Simatupang berpandangan kerja sama ini memperlihatkan ada komitmen serius dari sektor swasta agar pengembangan pasokan listrik lebih terintegrasi sisi pasok rantai nya dan memperjelas positioning swasta nasional dalam partisipasi ke arah industrialisasi energi terbarukan.
“Penguasaan teknologi oleh para pelaku industri nasional ini harus didukung oleh semua pihak karena kebutuhan energi bersih yang terus menanjak harus diiringi kesiapan industri dan pelaku Indonesia agar ada keberpihakan terhadap kepentingan ketahanan energi nasional,” ujar Arthur Simatupang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.