Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Pythag Kurniati (Pythag Kurniati)
Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Pythag Kurniati (Pythag Kurniati)

Kebijakan Impor Beras Diyakini Menjaga Stabilitas Harga tanpa Mengorbankan Petani

M Rodhi Aulia • 02 Oktober 2024 21:16
Jakarta: Kebijakan impor beras yang diterapkan pemerintah kembali mencuri perhatian di tengah upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) meyakini bahwa impor beras bukan hanya sekadar langkah darurat, tetapi merupakan strategi yang telah dipertimbangkan secara matang untuk menjaga keseimbangan harga pangan serta melindungi kesejahteraan petani.
 
Sekretaris Jenderal HKTI, Sadar Subagyo, menyatakan bahwa kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah saat ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani. 
 
Baca juga: Harga Pangan Fluktuatif: Cabai Rawit Makin Pedas

"Kebijakan impor beras ini sangat efektif. Terbukti dengan adanya impor, harga gabah di tingkat petani masih tetap berada di atas Harga Pokok Produksi (HPP)," kata Sadar dalam keterangannya, Rabu 2 Oktober 2024.
 
Sadar menekankan bahwa selain menguntungkan konsumen dengan menjaga stabilitas harga beras di pasar, kebijakan ini juga memperhatikan kesejahteraan petani melalui pengaturan HPP yang telah disesuaikan dengan biaya riil produksi gabah. Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah memperhatikan kesejahteraan petani dalam merumuskan kebijakan impor beras.
 
"Regulasi HPP dari Bapanas sangat membantu petani. Struktur perhitungan HPP gabah telah memperhitungkan biaya riil produksi dan keuntungan yang wajar bagi petani," tambahnya.
 
Di sisi lain, kebijakan impor ini juga diharapkan dapat mendukung swasembada pangan. Sadar menyebutkan bahwa pemerintah terus memantau neraca komoditi beras untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk impor, tanpa mengganggu produksi dalam negeri. 
 
"Neraca komoditi beras saat ini dalam kondisi yang sangat baik, sehingga dapat diprediksi dengan tepat kapan impor harus dilakukan," ujar Sadar.
 
Sementara itu, Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengungkapkan bahwa impor beras tidak menyebabkan inflasi seperti yang dikhawatirkan sebagian masyarakat. Beras impor justru dijual di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), yang bertujuan menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pasokan. 
 
"Impor beras bukan penyebab inflasi. Tujuan impor adalah memastikan ketersediaan pangan dan menstabilkan harga melalui program SPHP, di mana beras dijual di bawah harga pasar," jelas Sutarto.
 
Sutarto juga menegaskan agar beras impor tidak dilepas ke pasar selama musim panen, agar produksi dalam negeri tetap terserap secara optimal. 
 
"Harapan petani adalah beras impor jangan dilepas dulu, agar pasar diisi oleh beras dalam negeri," ujar Sutarto.
 
Indikator keberhasilan impor beras menurut Sutarto adalah keberhasilan kebijakan impor beras dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti ketepatan jumlah, waktu, distribusi, harga yang terjangkau, serta kesesuaian dengan sasaran. 
 
"Impor ini dilakukan untuk stabilisasi. Akan berhasil jika distribusinya merata dan harganya terjangkau sesuai dengan rencana," ucap Sutarto.
 
Terkait penurunan produksi beras akibat cuaca ekstrem seperti El Nino, Sutarto menekankan bahwa tantangan utama sebenarnya terletak pada konversi lahan, fragmentasi pertanian, serta jaringan irigasi yang belum optimal. 
 
"Penurunan luas panen dan masalah irigasi menjadi tantangan besar bagi produksi beras kita," tegasnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan