Riset yang mensurvei perusahaan dan pekerja membagikan keterampilan nonteknis (soft skills) menjadi 23 kategori. Berdasarkan hasil yang terkumpul, pekerja menilai bahwa level soft skills mereka sudah mencukupi, namun perusahaan melihat masih ada ruang untuk pengembangan.
“Indonesia bertujuan menjadi pemain besar di ekonomi global, dan pekerja yang bertalenta adalah motor penggerak menuju hal tersebut. Pekerja harus memiliki bukan saja keterampilan teknis, namun juga soft skills yang memungkinkan mereka beradaptasi dan berinovasi,” kata Head of Business, Mekari Talenta, Stevens Jethefer dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 18 Oktober 2024.
Riset mensurvei pekerja dari demografi yang luas, mulai dari pekerja kantor hingga pabrik, serta dari Gen X (44 - 69 tahun) hingga Gen Z (20 - 27 tahun). Riset ini kemudian mengerucutkan soft skills menjadi enam kelompok, yaitu adaptabilitas dan fleksibilitas, komunikasi, kreativitas dan inovasi, pemikiran kritis dan pemecahan masalah, kepemimpinan, serta manajemen diri.
“Setelah menelaah data lebih lanjut, kami menemukan bahwa ribuan pekerja dan perusahaan sangat memprioritaskan komunikasi, kreativitas, dan pemikiran kritis karena mereka menganggap bahwa tiga keterampilan itu adalah yang paling mempengaruhi kemampuan pekerja,” ujar Chief of Business Skilvul William Hendradjaja.
Baca juga: Menjadi Wirausaha Harus Siap Jatuh Bangun |
Sebanyak 55,3 persen pekerja yang disurvei menyatakan bahwa komunikasi adalah keterampilan teratas, diikuti oleh kreativitas dan inovasi (27,4 persen) serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah (25,7 persen). Dengan tiga keterampilan tersebut, mereka mampu menjalankan tugas dan berkolaborasi dengan tim lain.
Dibanding pekerja, perusahaan lebih tinggi mengutamakan keterampilan komunikasi. Hingga 65 persen perusahaan di lintas sektor menyatakan bahwa komunikasi adalah keterampilan dasar, kreativitas dan inovasi (27,4 persen) serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah (23,9 persen).
Saat membandingkan persepsi lintas generasi, lebih banyak generasi senior yang menitikberatkan keterampilan kreativitas dan inovasi. Sebanyak 21,2 persen responden Gen X (44-69 tahun) menjawab bahwa keterampilan tersebut amat penting, dibanding generasi lebih muda, yaitu Gen Y (18,6 persen) dan Gen Z (15,9 persen).
“Setiap generasi pekerja setuju bahwa di masa depan, fleksibilitas dan adaptabilitas adalah dua keterampilan yang akan membantu mereka. Sebesar 16,4 persen Gen Z menyatakan bahwa adaptabilitas dan fleksibilitas diperlukan untuk mengejar kesuksesan karir di masa depan, diikuti oleh Gen Y (15,1 persen) dan Gen X (13,7 persen),” tambah Stevens.
Riset mendapatkan bahwa pekerja ingin mengembangkan keterampilan agar mereka siap menghadapi masa depan. Hingga 68 persen dari pekerja pernah berpartisipasi di program pelatihan perusahaan. Sebanyak 77 persen pekerja melaporkan mereka merasa bahwa pelatihan yang diberikan perusahaan sudah memadai
“Sentimen positif ini sangat menjanjikan sebab pekerja yang merasa puas biasanya akan melaporkan perkembangan signifikan atas kemampuan bekerja pasca pelatihan. Agar tren ini
berlanjut, perusahaan perlu memastikan bahwa program pelatihan tetap efektif dan relevan bagi pekerja,” kata Managing Partner, Int Labs, Ricky Wilianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News