Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) akan membentuk MES Tiongkok untuk mengembangkan dan menjalin ekonomi dan perdagangan syariah dengan negara tersebut.
Inisiator Wilayah Khusus MES Tiongkok Budy Sugandi mengatakan inisiasi ini akan menjadi negara ke-16 sasaran Wilayah Khusus MES. Hal ini seiring industri syariah yang sedang tidur dan pemerintah pun fokus menghidupkan ekonomi syariah.
"Tiongkok diketahui mendominasi pasar ekspor busana syariah, dan peralatan lain yang dibutuhkan umat muslim dunia. Kemitraan Indonesia dan Tiongkok merupakan strategis dan komprehensif. Nilai perdagangan keseluruhan kedua negara ini di tahun 2020 mencapai USD78,7 miliar," kata Budy dalam webinar insiator MES Tiongkok, dikutip Minggu, 5 September 2021.
Indonesia, katanya, memiliki kekuatan besar sebagai pusat ekonomi syariah, yang harus dieksplorasi, untuk tidak lagi sekadar konsumen melainkan menjadi pemain utama. Data State of Islamic Report tahun 2018/2019 menyebut pengeluaran belanja masyarakat muslim Indonesia mencapai USD218,8 miliar. Proyeksi belanja syariah dunia di 2024 mencapai USD2,4 triliun.
Angka-angka ini menjadi potensi besar dengan penduduk muslim terbesar dunia dan tantangan terkait ekonomi syariah dimana peringkat Indonesia di posisi ke empat, di bawah Malaysia di posisi pertama, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. "Ini menjadi pekerjaan rumah untuk bisa bersaing untuk ekonomi syariah dunia," jelasnya.
Ekonomi syariah sendiri tidak bisa hanya dipahami terkait halal dan haram ataupun makanan saja. Tetapi industri halal lainnya juga mulai dimainkan oleh beberapa negara, seperti wisata halal oleh Korea Selatan, busana muslim yang didominasi produksi Tiongkok, kuliner halal yang digencarkan Thailand, daging sapi halal oleh Australia dan Selandia Baru serta sistem keuangan syariah oleh Inggris.
"Potensi ekspansi ekonomi yang menyesuaikan dengan kebutuhan syariah itu yang harus terus digali oleh Indonesia," terang Budy.
Wakil duta besar Indonesia untuk Tiongkok Dino R Kusnadi mengatakan banyak sekali pengaruh budaya Tiongkok di Indonesia. Pedagang dan pebisnis Tiongkok sudah hadir di Indonesia dari ratusan tahun lalu melalui jalur sutera, dan membawa rempah-rempah Indonesia ke Tiongkok.
"Rempah-rempah Indonesia berkontribusi kepada obat tradisional Tiongkok, yang mereka olah untuk keperluan domestik, kemudian berkembang dikenal pada bumbu-bumbu makanan Tiongkok. Intinya hubungan ini sudah berjalan ratusan tahun, dan saling membutuhkan akibat perbedaan musim dan wilayah. Ini yang menjadi dasar hubungan bilateral dengan Tiongkok," kata Dino.
Nilai perdagangan Indonesia-Tiongkok di 2020 hampir USD78 miliar, dan mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Secara kolektif, ASEAN merupakan mitra dagang utama Tiongkok. Namun terhadap Tiongkok, perdagangan Indonesia baru berada di ranking ke-4 di antara negara-negara ASEAN, di bawah peringkat pertama Vietnam, lalu Thailand, dan Malaysia. Potensial pertumbuhan perdagangan dengan Tiongkok masih sangat besar.
Inisiator Wilayah Khusus MES Tiongkok Budy Sugandi mengatakan inisiasi ini akan menjadi negara ke-16 sasaran Wilayah Khusus MES. Hal ini seiring industri syariah yang sedang tidur dan pemerintah pun fokus menghidupkan ekonomi syariah.
"Tiongkok diketahui mendominasi pasar ekspor busana syariah, dan peralatan lain yang dibutuhkan umat muslim dunia. Kemitraan Indonesia dan Tiongkok merupakan strategis dan komprehensif. Nilai perdagangan keseluruhan kedua negara ini di tahun 2020 mencapai USD78,7 miliar," kata Budy dalam webinar insiator MES Tiongkok, dikutip Minggu, 5 September 2021.
Indonesia, katanya, memiliki kekuatan besar sebagai pusat ekonomi syariah, yang harus dieksplorasi, untuk tidak lagi sekadar konsumen melainkan menjadi pemain utama. Data State of Islamic Report tahun 2018/2019 menyebut pengeluaran belanja masyarakat muslim Indonesia mencapai USD218,8 miliar. Proyeksi belanja syariah dunia di 2024 mencapai USD2,4 triliun.
Angka-angka ini menjadi potensi besar dengan penduduk muslim terbesar dunia dan tantangan terkait ekonomi syariah dimana peringkat Indonesia di posisi ke empat, di bawah Malaysia di posisi pertama, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. "Ini menjadi pekerjaan rumah untuk bisa bersaing untuk ekonomi syariah dunia," jelasnya.
Ekonomi syariah sendiri tidak bisa hanya dipahami terkait halal dan haram ataupun makanan saja. Tetapi industri halal lainnya juga mulai dimainkan oleh beberapa negara, seperti wisata halal oleh Korea Selatan, busana muslim yang didominasi produksi Tiongkok, kuliner halal yang digencarkan Thailand, daging sapi halal oleh Australia dan Selandia Baru serta sistem keuangan syariah oleh Inggris.
"Potensi ekspansi ekonomi yang menyesuaikan dengan kebutuhan syariah itu yang harus terus digali oleh Indonesia," terang Budy.
Wakil duta besar Indonesia untuk Tiongkok Dino R Kusnadi mengatakan banyak sekali pengaruh budaya Tiongkok di Indonesia. Pedagang dan pebisnis Tiongkok sudah hadir di Indonesia dari ratusan tahun lalu melalui jalur sutera, dan membawa rempah-rempah Indonesia ke Tiongkok.
"Rempah-rempah Indonesia berkontribusi kepada obat tradisional Tiongkok, yang mereka olah untuk keperluan domestik, kemudian berkembang dikenal pada bumbu-bumbu makanan Tiongkok. Intinya hubungan ini sudah berjalan ratusan tahun, dan saling membutuhkan akibat perbedaan musim dan wilayah. Ini yang menjadi dasar hubungan bilateral dengan Tiongkok," kata Dino.
Nilai perdagangan Indonesia-Tiongkok di 2020 hampir USD78 miliar, dan mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Secara kolektif, ASEAN merupakan mitra dagang utama Tiongkok. Namun terhadap Tiongkok, perdagangan Indonesia baru berada di ranking ke-4 di antara negara-negara ASEAN, di bawah peringkat pertama Vietnam, lalu Thailand, dan Malaysia. Potensial pertumbuhan perdagangan dengan Tiongkok masih sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News