Namun, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan konektivitas tetap berlanjut, Garuda Indonesia akan mengganti rute-rute yang selama ini dilayani dengan SRJ1000 dengan Boeing 737 NG. Saat ini, 12 armada SRJ1000 terparkir di Bandara Soetta dan berstastus grounded atau tidak digunakan lagi sejak 1 Februari.
"Enggak ada niatan dalam waktu dekat untuk membeli pesawat baru untuk menggantikan ini (SRJ1000). Jadi kita akan maksimalkan utilisasi pesawat-pesawat kita yang saat ini ada," kata Irfan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 10 Februari 2021.
Dari 18 armada Bombardier CRJ1000 yang dioperasikan Garuda Indonesia saat ini, sebanyak 12 armada menggunakan skema operating lease dari lessor NAC (Nordic Aviation Capital), perusahaan lessor pesawat yang berbasis di Denmark, yang diputus kontrak oleh Garuda Indonesia.
Masa sewa 12 armada Bombardier CRJ1000 milik NAC tersebut adalah 12 tahun, pengiriman armada dilakukan pada 2012-2015 sehingga pesawat terakhir yang diterima Garuda memiliki masa sewa hingga 2027.
Sementara itu, enam armada lainnya menggunakan skema financial lease dengan penyedia financial lease Export Development Canada (EDC) dari Kanada. Enam armada CRJ1000 memiliki kontrak 10 tahun dengan periode jatuh tempo hingga 2024.
Untuk enam armada CRJ1000 yang saat ini dioperasikan dengan skema financial lease, Garuda Indonesia juga telah mengupayakan langkah negosiasi bersama EDC dengan mekanisme early payment settlement sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Lebih lanjut, keenam armada ini masih melayani rute-rute yang memang belum bisa digantikan oleh Boeing 737 NG jika mendarat.
"Rute-rute yang bisa dilayani dengan Boeing, akan kita layani dengan Boeing. Kalau masih lihat ada CRJ yang terbang itu pasti milik Garuda," jelas Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News